BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tujuan Pemberdayaann SDM
Sebagaimana
diketahui bahwa sumber dari sumber-sumber (resources) yang ada dalam
manajemen, keberadaan SDM dalam manajemen sungguh sangat strategis bahkan
merupakan kunci untuk keberhasilan manajemen dalam rangka pelaksanaan berbagai aktivitas
untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan. Hal ini dapat dimaklumi karena betapapun
ketersediaan dan kelengkapan sumber-sumber lainnya hanya dapat bermanfaat,
apabila sumber-sumber tersebut diberdayakan oleh Sumber Daya Manusia yang tepat
dan handal. Oleh karena itu tidak mustahil bahwa usaha pencapaian tujuan
organisasi menjadi tidak efisien dan tidak efektif karena daya dalam Sumber
Daya Manusia tidak menunjukkan dan tidak menggambarkan sebagaimana diharapkan.
Artinya daya yang bersumber dari manusia berupa tenaga atau kekuatan yang ada
pada diri manusia itu sendiri tidak mampu memberdayakan sumber-sumber lainnya (Non
Human Resources) sehingga tidak memberi manfaat/ hasil dalam suatu
organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan Pemberdayaan SDM adalah terwujudnya
SDM yang mempunyai/memiliki kemampuan (competency) yang kondusif, adanya
wewenang (authority) yang jelas dan dipercayai serta adanya
tanggungjawab (responsibility) yang akuntabel dalam rangka pelaksanaan
misi organisasi.
B.
Aspek-Aspek atau Komponen
Pemberdayaan SDM
Sumber Daya Manusia dalam organisasi sangat strategis dan
menentukan, bahkan keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan justru ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya. Oleh karena
itu sumber daya manusia selaku pegawai yang tidak memberi “Daya” adalah tidak dikategorikan
sebagai sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Sehubungan dengan itu, maka
aspek-aspek atau komponen-komponen yang perlu mendapat perhatian dalam rangka pemberdayaan
sumber daya manusia adalah:
a. Kemampuan (competency) pegawai meliputi: pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude);
b. Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan
datam suatu organisasi, artinya, pegawai yang ditempatkan dalam suatu jabatan
senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang
bersangkutan (the Right men in the Right place);
c. Kewenangan yang jelas, artinya seseorang pegawai yang ditempatkan
atau yang diserahi tugas, harus jelas kewenangannya. Karena seseorang yang
tidak jelas kewenangannya akan menimbulkan keragu-raguan dalam setiap melakukan
kegiatan. Apabila demikian halnya, maka pegawai (SDM) tersebut kurang berdaya
atau tidak efektif didalam melaksanakan tugas-tugasnya;
d. Tanggungjawab pegawai yang jelas, artinya seseorang atau pegawai
melakukan tugas atau wewenangnya, senantiasa diikuti dengan tanggungjawab.
Karena dengan demikianlah si pegawai tersebut senantiasa dituntut bertindak
menampilkan yang terbaik dalam arti secara efektif dan efisien.
e. Kepercayaan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya bahwa
seseorang pegawai yang ditugasi atau diserahkan wewenang dengan pertimbangan
yang matang dari berbagai aspek-aspek yang pada hakekatnya dapat disimpulkan
bahwa yang bersangkutan adalah dipercayai atau diberi kepercayaan sepenuhnya
untuk mengemban tugas, wewenang dimaksud.
f. Dukungan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya pegawai
tersebut kita yakini dan percayai untuk mengemban misi organisasi. Dalam hal
memerlukan dukungan dari pihak lain senantiasa dapat memberi dukungan untuk
keberhasilan misi dan peningkatan kinerja organisasi. Dukungan dimaksud baik
dari pihak pimpinan maupun pihak-pihak lainnya;
g. Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan mempengaruhi
orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan kepemimpinan sebagaimana dimaksud akan menggambarkan: kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok serta kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
h. Motivasi, merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang
yang memberi daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku. Dalam kehidupan
sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan
atau rangsangan kepada para karyawan (pegawai) sehingga mereka bersedia bekerja
dengan rela tanpa dipaksa. Dengan demikian bahwa pemberian motivasi merupakan
hal yang sangat penting terhadap sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau
melaksanakan pekerjaan (misi) organisasi sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki dengan ikhlas dan sepenuh hati.
C. Manfaat Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi
Sumber
Daya Manusia yang tidak ber”daya” adalah sama halnya dengan tidak adanya sumber
daya manusia pada organisasi tersebut, atau juga dapat dikatakan organisasi
tidak akan dapat berdaya, walaupun sumber-sumber lainnya tersedia seperti:
uang, peralatan dan perlengkapan, metode mesin dan pasar. Disamping itu tidak berlebihan
apabila dikatakan, apakah artinya peralatan dan perlengkapan serba modern dan
lengkap, tetapi sumber daya manusianya tidak mempunyai atau memiliki kemampuan
untuk memberdayakannya atau mengoperasionalkannya. Dari pernyataan tersebut di
atas, menunjukkan betapa pentingnya pemberdayaan sumber daya manusia dalam
suatu organisasi, karena melalui “daya” yang melekat pada sumber daya manusia
itu sendiri akan dapat memanfaatkan berbagai sumber-sumber (resources) yang
terdapat dalam organisasi dan berbagai aktivitas-aktivitas yang ditetapkan akan
dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana
diharapkan. Mengingat betapa pentingnya pemberdayaan sumber daya manusia, karena
manfaatnya terhadap berbagai sumber-sumber lainnya dan mensinergikan setiap proses
kegiatan organisasi, maka keberadaannya berperan antara lain:
1.
Sebagai alat manajemen (tool of
management) dalam rangka memberdayakan berbagai sumber-sumber (resources) untuk pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan;
2.
Sebagai pembaharu manajemen (changes
management), dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi;
3.
Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka memanfaatkan peluang guna
meningkatkan dan mengembangkan organisasi;
4.
Sebagai mediator terhadap pihak-pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja
organisasi;
5.
Sebagai pemikir (think-thank) dalam rangka pengembangan organisasi (Organizational Development).
D. Strategi Pemberdayaan SDM
1.
Inward
Looking
Dalam
istilah manajemen stratejik inward looking bisa diartikan sebagai
cara pandang ke dalam organisasi, yaitu melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan
organisasi yang harus diperhitungkan sebelum konsep pemberdayaan pegawai
dimulai. Kekuatan dan kelemahan internal adalah kegiatan yang bisa dimonitor
dalam organisasi yang memperlihatkan kinerja baik atau buruk. Proses
mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi merupakan
kegiatan esensial dari manajemen stratejik.
Kekuatan
dan kelemahan internal ini bisa meliputi:
a. aspek manajemen;
b. aspek SDM;
c. aspek pemasaran;
d. aspek keuangan/akunting;
e. aspek produksi;
f. aspek penelitian dan pengembangan;
g. aspek sistim informasi.
Dengan
melihat kekuatan dan kelemahan organisasi akan mudah bagi pihak manajemen untuk
menentukan apakah sudah tepat waktunya untuk penerapan konsep pemberdayaan.
Apakah SDM yang ada sudah mampu sehingga kekawatiran pihak eksekutif terhadap
ketidakmampuan SDM bisa dikurangi. Evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan
organisasi ini harus dilakukan secara berkala sehingga setiap terjadi perubahan
akan segera diketahui. Dengan teridentifikasinya kekuatan dan kelemahan
organisasi tidak berarti organisasi boleh merasa senang dan bangga dengan
kekuatan yang dimiliki atau merasa harus memperbaiki segala kelemahannya. Tidak
semua kelemahan penting dan tidak pula semua kekuatan mempunyai bobot yang sama
dalam menentukan hasil atau mencapai tujuan. Yang paling penting adalah
menjawab pertanyaan apakah suatu organisasi harus membatasi diri pada
kesempatan-kesempatan ketika organisasi itu sedang mempunyai kekuatan, atau
harus mempertimbangkan kesempatan menarik yang memungkinkannya membangun
kekuatan tertentu. Kadang-kadang kegagalan suatu organisasi tidak ditentukan
karena kekurangan kekuatan yang di perlukan tetapi lebih karena kurangnya
kerjasama tim antar anggota organisasi. Jadi cara pandang kedalam sangat
diperlukan untuk membangun lebih banyak kelompok kerjasama sebelum menggunakan
cara pandang keluar.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan dalam inward looking ini adalah:
a. Kreativitas
Dalam
usaha memberdayakan pegawai, ada strategi yang bisa diterapkan yaitu melaiui
usaha mendorong kreativitas pegawai. Bagaimana pegawai dibiarkan untuk
berkreasi, terutama dalam rangka mendukung tujuan organisasi. Usaha kreativitas
tersebut tidak harus merupakan hal-hal yang besar, cukup satu kegiatan kecil
tetapi jika dilihat secara keseluruhan merupakan bagian dari usaha pencapaian
tujuan organisasi maka hal tersebut sudah harus dihargai. Dalam usaha mendorong
kreativitas ini, peran pimpinan sangat diperlukan. Pimpinanlah yang bisa
mendorong pegawai untuk menunjukkan kreativitasnya dan menghargai hasil
usahanya.
b. Inovasi
Sejalan dengan kreativitas, maka inovasi juga merupakan salah
satu strategi untuk memberdayakan pegawai. Ide-ide asli dari pegawai yang bisa
mendorong kemajuan organisasi harus dihargai sebagai sesuatu yang luar biasa,
sehingga pegawai merasa termotivasi dan akan merangsang untuk selalu mencoba
menemukan hal-hal baru. Jangan malah inovasi pegawai dianggap sebagai inovasi
pimpinan. Inovasi yang selalu didorong untuk dilakukan oleh pegawai merupakan
kesempatan emas untuk menemukan strategi atau kebijakan baru yang seringkali terlupakan
oleh jajaran manajemen.
c. Sinergi antar unit
atau individu
Seperti disebutkan di atas untuk mendorong tumbuhnya kreativitas
dan inovasi, diperlukan juga pegawai atau unit kerja. Hubungan antar pegawai
yang harmonis, kompak, saling mengisi, adanya kebersamaan, akan mendorong
pegawai untuk berprestasi. Pegawai akan merasa nyaman, tenang, dan tentram
dalam menjalankan aktivitasnya sehingga dipastikan hasil kerja mereka juga akan
meningkat dan pemberdayaan pegawai akan berjalan sesuai dengan harapan. Demikian
juga, adanya hubungan harmonis antar unit kerja akan mendorong atau memotivasi
pegawai untuk berkinerja lebih baik. Unit kerja yang terkotak-kotak akan
mempengaruhi motivasi dan kinerja pegawai, mereka akan merasa iri terhadap
keberhasilan unit lain, yang akhirnya akan merusak ritme kerja pegawai. Sebagai
satu organisasi sebaiknya selalu diusahakan kesatuan dan persatuan organisasi,
sehingga rasa memiliki akan muncul disetiap diri pegawai.
d.
Pemberian
tanggungjawab
Dengan telah dilaksanakannya langkah-langkah strategi tersebut,
maka pemberian tanggungjawab dan tanggung gugat akan menambah kemampuan dan
kompetensi pegawai. Dengan kesempatan yang diberikan kepada pegawai untuk berkreasi
dan berinovasi, maka sebagai bukti kemampuan pegawai, kepada mereka dapat pula
diberikan tanggungjawab lebih. Namun demikian pemberian tanggungjawab ini harus
pula disertai pula dengan pertanggung gugatan. Pemberian tanggungjawab dan
tanggung gugat bisa dilakukan dengan memberikan peran lebih atau wewenang
kepada pegawai, namun wewenang ini diberikan disertai dengan tanggungjawab dan
tanggung gugat sehingga pelaksanaaan wewenang bisa lebih bersungguh-sungguh dan
akuntabel. Dengan semakin meningkatnya kompetensi pegawai maka wewenang dan
tanggungjawab yang diberikan juga akan semakin besar. Hal ini bisa diberikan
tidak hanya kepada pemimpin tetapi kepada setiap pegawai, dimulai dengan pemberian
tanggungjawab yang ringan.
2.
Outward
Looking
Kebalikan
dengan inward looking,
maka dalam outward looking yang
dilihat organisasi bukan pada kekuatan dan kelemahan organisasi
tetapi pada peluang dan ancaman eksternal diluar organisasi. Yang
termasuk dalam definisi ini adalah:
a.
Ekonomi;
b.
Sosial;
c.
Budaya;
d.
Demografi;
e.
Lingkungan;
f.
Politik;
g.
Hukum;
h.
Pemerintah;
i.
Teknologi;
j.
Kecenderungan
berkompetisi.
Yang kesemuanya ini secara
signifikan akan membawa hasil baik atau bahkan menghancurkan organisasi di masa
depan. Contoh kongkrit dari peluang dan ancaman eksternal adalah adanya
revolusi teknologi, bioteknologi, pergeseran populasi, perubahan nilai kerja,
dan lainnya. Hal-hal ini dipandang tidak sama oleh organisasi. Ada yang
memandangnya sebagai peluang dan ada pula yang memandangnya sebagai ancaman.
Dengan perbedaan cara pandang ini maka akan mempengaruhi pula langkah-langkah
pengambilan tindakan untuk mengantisipasinya. Organisasi yang memandangnya
sebagai ancaman akan merasa takut dan khawatir, sedang bagi organisasi yang
memandangnya sebagai peluang akan merasa tertantang dan akan segera merumuskan
strategi untuk menghadapinya. Terkait dengan pemberdayaan SDM organisasi, maka
dengan teridentifikasinya peluang dan ancaman ini akan mendorong pimpinan
organisasi untuk segera mengambil langkah-langkah kebijakan terkait dengan
pengembangan dan pemberdayaannya.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan dalam outward looking adalah:
a.
Benchmarking
Benchmarking bisa diartikan sebagai suatu kegiatan membandingkan organisasi
atau kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis yang dianggap lebih
bagus. Perbandingan ini dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi
sehingga bisa menyamai atau bahkan melebihi kinerja organisasi yang dibuat
pembanding.
b.
Diperbantukan/magang
Strategi lain yang bisa dipakai untuk pemberdayaan adalah dengan
cara memperbantukan pegawai pada instansi lain. Perbantuan ini dapat terjadi
karena permintaan instansi baru maupun karena permintaan pegawai yang bersangkutan.
Perbantuan bisa dianggap sebagai tempat berlatih bagi pegawai terhadap
tugas-tugas baru sehingga apabila mereka kembali ketempat kerja yang lama
mereka sudah bertambah pengalaman. Magang dapat pula dilakukan atas kerjasama
dua organisasi atau lebih dengan tujuan memberi pengalaman lain atau menambah
kompetensi kepada pegawai. Dalam hal ini kepada pegawai diberikan kesempatan
untuk melakukan latihan kerja di organisasi lain dengan tujuan memberi
kesempatan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan yang nantinya bisa digunakan
setelah yang bersangkutan kembali ke organisasi semula.
c.
Kemitraan
Kemitraan
merupakan strategi pemberdayaan yang menerapkan prinsip win-win solution.
Kemitraan dijalankan dengan cara melakukan aktivitas secara bersama-sama dengan
tanggungjawab dibagi sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Kemitraan bisa dijalankan
antara dua organisasi yang sama besar, atau antara organisasi yang berbeda
skalanya dengan maksud untuk membantu organisasi yang lebih kecil. Kemitraan
yang dilaksanakan dengan tujuan pemberdayaan hampir sama dengan magang, namun demikian,
kerjasama dalam kemitraan lebih bersifat partner dalam arti mereka mempunyai
kapabilitas dan kompetensi yang sama sehingga pekerjaan yang dilaksanakan lebih
mudah dan lebih baik hasilnya. Wewenang dan tanggungjawab dibagi sesuai dengan kompetensi
dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
DAFTAR
RUJUKAN
Sunarno.
2007. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
(PSDM). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, (Online),
(http://www.google.com/url?url=http://diklat.jogjaprov.go.id/v2/download-materi/category/10-diklat-pim-iii%3Fdownload%3D33:pemberdayaan-sumber-daya-manusia&rct=j&q=&esrc=s&sa=U&ved=0CDUQFjAFahUKEwi72uOfsufHAhUEG5QKHfQDC98&usg=AFQjCNEYpmM_7Z9jdpXFaihYkCkUH-UwEw), diakses 8 September 2015.
Sunyoto,
Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar