Rabu, 20 April 2016

Teknik Evaluasi Tes

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah perkembangan tes dan pengukuran
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat tentang sejarah perkembangan tes dan pengukuran dalam pendidikan:
Negara yang pertama-tama menggunakan pengukuran ialah Negara Tiongkok dalam tahun 2357 SM. Pada waktu itu kaisar Shun melaksanakan ujian bagi anggota tentara tiap 3 tahun untuk kenaikan pangkat mereka. Selanjutnya dianasti Chou dalam tahun 1122-255 SM melaksanakan ujian masuk sekolah yang diadakan tiap 2 tahun sekali. Pemberian ujian ini diikuti oleh Negara Eropa, yaitu di Athea dalamtahun 500-300 SM. Ujian yang diadakan disini ialah untuk anak-anak muda yang menjadi akil balig. Mereka diuji tentang ketangkasan dalam seni ketentaraan.
Eropa barat mulai mengadakan ujian dalam tahun 1219 (Sesudah Masehi) di University of Bologna, yaitu ujian untuk magister dalam ilmu hukum. Dalam tahun 1562 the Merchant’s Taylor Scool DI London mengadakan unian tahunan untuk mengevaluasi program sekolah. Di London sekolah yang sama ini juga mulai tahun1601 mengadakan ujian tertulis selama 9 jam tiap 3 tahun sekali untuk mengevaluasi program.
Di Amerika ujian lisan maupun tertulis untuk mengukur kemampuan guru mulai diadakan dalam tahun 1837. Tes-tes acuan patokan yang pertama diadakan dalam tahun 1864 di Inggris. Dalam tahun1889 diadakan penelitian tentang keterandalan nilai tes. Dalam tahun 1900 untuk pertama kali diadakan ujian masuk sekolah tinggi. Dalam tahun 1905 Alfred Binet & Theophile Simon mengadakan intelegensia untuk tiap individu untuk pertama kalinya. Dalam tahun 1908 C.W. Stone melaksanakan untuk pertama kalinya secara professional tes prestasi (achievement test) yang baku. E.F Thurstone mengembangkan skala sikap dalam tahun 1929.
Dalam tahun 1956 Benyamin S. Bloom menulis taksonomi tujuan pendidikan. Robert Glasser dalam tahun 1963 menganjurkan untuk melaksanakan tes acuan patokan aripada tes norma. Dalam tahun 1963 itu juga para ahli psikologi kuantitatif melaksanakan prosedur statistic untuk menemukan penyimpangan (bias) alam tes. Para ahli pendidik, para ahli psikologi, dan khalayak umum di amerika menentang secara nasional interprestasi tentang keturunan berdasarkan tes intelegensia.
 B.     Pengertian Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik evaluasi pembelajaran yang menggunakan instrument tes sebagai instrumen atau alat ukur dalam evaluasi. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan, penguasaana atau aspek-aspek lain yang sejenis berdasar ketentuan yang benar.
Cronbach mengemukakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menggambarkan dengan alat bantu skala numerik atau sistem kategori (Fernandes, 1984).secara lebih jelas, Umar dkk.(1996) mengatakan bahwa tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu orang yang dites (testee). Dalam tes prestasi belajar yang akan diukur adalah tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
Menurut Indrakusuma dalam Arikunto (2009: 32). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Sedangkan menurut Arikunto (2009: 33) Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

C.    Jenis-jenis Tes
Ada beberapa tes ditinjau dari beberapasegi. Jenis-jenis tes tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan aspek kepribadian yang diukur,tes dibedakan atas:
a.      Tes Prestasi (Achievement Test)
b.      Tes Intelegensi (Inte llegence Test)
c.       Tes yang mengungkapkan intelegensi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan umum seseorang untuk memperkirakan apa -kah suatu pendidikan atau pelatihan tertentu dapat diberikan kepadanya. Nilai tes intelegensi seringkali dikaitkan dengan umur dan menghasilkan IQ untuk mengetahui bagaimana ke-dudukan relative orang yang bersangkutan dengan kelompok orang sebaya.
d.      Tes Bakat (Aptitude Tes)
Atau sering disebut pula sebagai tes bakat khusus mencoba untuk mengetahui kecenderungan kemampuan khusus pada bidang-bidang tertentu.
e.       Tes Minat (Pysical Test)
Tes minat mengungkapkan reaksi seseorang terhadap berbagai situasi yang secara keseluruhan akan mencerminkan minatnya. Minat yang terungkap melalui tes minat ini seringkali menun- juk kan minat yang lebih mewakili daripada minat yang se ke-dar dinyatakan yang biasanya bukan merupakan minat yang sesungguhnya.
f.       Kepribadian (Psicho Test)
Mencoba untuk mengungkapkan berbagai ciri kepribadian ter-tentu seperti introversi, penyesuaian sosial dan sebagainya yang terkait dengan kepribadian.
2.      Berdasarkan scope sasaran yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a.      Tes Perfomansi Maksimum (Maximum Performance Tes)
Tes Perfomansi Maksimum adalah tes yang mengukur perfomansi maksimal. Yang dimaksud permomansi maksimal adalah perfomansi atau kinerja terbaik yang mungkin ditunjukkan dindividu.
b.      Tes Performansi Khusus (Typical Performance Test)
Tes Performansi Khusus adalah tes yang mengukur aspek tertentu dari kepribadian (aspek non kognitif).
3.      Berdasarkan tujuan evaluasinya, tes dapat dibedakan atas:
a.       Tes Diagnoastik (Diagnostic Test)
Tes diagnosik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelamahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik terbagi menjadi 4, yaitu:
a)       Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah mengetahui pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang dimaksudkan. Tes ini disebut juga tes prasarat atau pre-requisite test.
b)        Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
c)        Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar harus sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahiu bagian mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu harus dapat mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
d)       Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
b.      Tes Penempatan (Placement Test)
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
c.       Tes Seleksi (Selection Test)
Tes seleksi diselenggarakanuntuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntutkemampuan tertentu
d.      Tes Formatif (Formative Test)
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif dibrikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
Manfaat bagi siswa:
a.       Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b.        Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh nilai lebih baik lagi.
c.         Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasai. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
d.        Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.
Manfaat tes formatif bagi guru:
     Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
a.       Mengetahui sampai sejuh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
b.        Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasarat bagi bagian pelajaran lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya.
c.         Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
Manfaat bagi program:
Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui:
a.          Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b.        Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasarat yang belum diperhitungkan.
c.         Apakah diperlukan alat, sarana, dab prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d.        Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
e.       Tes Sumatif (Sumative Test)
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya paemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester.
Manfaat tes sumatif:
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah:
a.       Untuk menentukan nilai. Apabila tes formatif terutama diguanakan untuk  memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak
diantara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini dipergunakan untuk menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lain.
b.      Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
c.         Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
1)    Orang tua siswa
2)    Pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah
3)    Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain,  akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja
4.      Berdasarkan penekaan aspek yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a.       Tes Diagnoastik (Diagnostic Test)
b.      Tes Prognostiki (Prognostic Test)
c.       Tes Kecepatan (Speed Test)
d.      Tes Kekuatan (Power Test)
5.      Berdasarkan cara pembuatannya, tes dapat dibedakan atas:
a.       Tes Terstandar (Standardized Test)
b.      Tes Tak Tersadar (Unstandarized Test)
6.      Berasarkan cara mengerjakannya, tes dapat dibedakan atas:
a.       Tes Tertulis (Written Test)
Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis. Secara umum,tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes obyektif dan tes subyektif (essai).
Tes obyektif adalah tes tertulisyang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas.sedangkan tes essai adlah tes tertulisyang meminta siswa memberikan jawaban berupa uraian.Tes obyektif diguanakan untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan terbatas. Ruang lingkupnya cenderung luas, tetapi tidak menuntut penalaran siswa. Tes obyektif terdiri atas beberapa bentuk soal,antara lain meliputi tes benar salah (true false), tes pilihan ganda (multiple choice), tes menjodohkan (maching), tes melengkapi (completion), dan tes jawaban singkat(short answer).
Tes essai digunakan untuk menelaah siswa dalam mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan ide dengan kalimatnya sendiri atau mengemukakan penalarannya. Ruang lingkup tes essai cenderung terbatas, namundapat mengungkapkan kemampuan siswa secara mendalam. Secara umum, tes essai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas.
Tes uraian bebas adalah tes essai yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal sesuai dengan sistematika siswa seluas-luasnya. Sedangkan tes uraian terbatas adalah tes essai yang butir soalnya memberikan batasan kepada siswa  dalam menjawabnya.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan tes obyektif. Kelebihan tes obyektif adalah cenderung bisa mencakup materi yang luas, lebih bersifat obyektif dan cepat dalam pemeriksaaan. Sedangkan kelemanhannya, adalah cenderung menekankan pada aspek kognitif tingkat rendah, memungkinkan siswa menebak jawabanan lebih sulit menyusun soal.
 Demikian juga ada kebihan dan kelemahan tes essai. Keunggulan tes essai adalah bisa mengukur kemampuankognitif tingkat tinggi, pembuatannya cenderung mudah, dapat melatih siswa berfikir logis, analitis, sistematis dan memecahkan masalah, serta dapat mengukur kemampuan siswa dalam mengorganisir kemampuannya, mengemukakan pendapat atau mengekspresikan gagasan dengan kata-kata dengan kalimatnya sendiri.sedangkan kelemahannya adalah jumlah materi atau pokok bahasan yang ditengkan sangat terbatas, ruang lingkup terbatas, tingkat reliabilitasnya rendah, penskoran atau pemeriksaannya bisa cenderung relatif subyektif, dan membutuhkan waktu yang relatif lama  dalam memeriksa jawaban peserta tes.
b.      Tes Lisan (Oral Test)
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawabannya dengan lisan. Tes lisan biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang permasalahannya yang diujikan.tes dapat digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa, baik pada aspek kognitif maupun efektif. Tes lisan sangat bermanfaatuntuk mengukur aspek yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi (communicative skill). Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok.
Ada beberapa kelebihan tes lisan. Kelebihan tes lisan adalah pendidik bisa mengetahui kemampuansiswa dalam mengemukakan pendapatnya secara langsung, formulasi pertanyaan dapat secara langsung disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa secara tepat.
Disamping kelebihan, juga ada beberapa kelemahan tes lisan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang relatife lama, subyektifitas pelaksanaan tes sulit dihindari, dan sering kali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapatnya.
c.       Tes Perbuatan (Performance Test)
Tes perbuatan adalah tes yang menuntut siswamelakukan perbuatan baik penampilan atau tindakan. Tes perbuatan terutama ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik secara individual atau kelompok. Ada beberapa kelebihan tes perbuatan. Tes perbuatan merupakan alat paling tepat untuk mengecek terbentuk atau tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan juga dapat membuat pergantian suasana, sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangkan.
Disamping kelebihan, juga adabeberapa kelemahan tes perbuatan. Kelemahannya adalah tidak semua bahan ajaran dapat diungkap dengan tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang cukup banyak.
7.      Berdasarkan jumlah testee yang mengerjakannya, tes dapat dibedakan atas :
a.       Tes Individual (Individual Test)
Merupakan cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan secara  perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika dites.
b.      Tes Kelompok (Classical Test)
8.      Berdasarkan waktu penyelenggaraannya, tes dapat dibedakan atas :
a.       Tes Terjadwal (Regular Test )
b.      Tes Tak terjadwal (Irregular Test )
9.      Berdasarkan cara interprestasinya, tes dapat dibedakan atas:
a.       Tes Acuan Patokan (Criterion Referenced Test)
b.      Tes Acuan Kelompok (Norm Referenced Test)
10.  Berdasarkan bentuknya, tes juga dapat dibedakan atas:
a.       Tes Subyektif (Subyective Test)
1)      Tes Essai Bebas (Extended Response Essai)
2)      Tes Essai Terbatas (Restricted Response Essai)
b.      Tes Obyektif (Obyektive Test)
1)      Tes Benar Salah (True False Test)
2)      Tes Menjodohkan (Matching Test)
3)      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
4)      Tes Melengkapi (Completion Test)
5)      Tes Jawaban Singkat (Short Answer Test)
Disamping klasifikasi jenis tes tersebut di atas, masih banyak lagi jenis pembagian lainnya dari sisi lainnya. Sebagai contoh, bila ditinjau dari penggunaan teknologi tes, tes juga bisa dibedakan tes yang dikerjakan dan atau diolah secara computer (Computerized test). Di sisi lain, bila ditinjau klasifikasi tes prestasi juga bisa dibedakan atas tes yang bisa memberikan jawaban (supply-type item), yang meliputi essay-extended response, essay restricted response, short answer completion, dan tes yang memilih jawaban, yang meliputi true false, matching dan multiple choice. Dari sisi sifat dan keluasan sasaran, juga ada bermacam-macam tes, antara lain tesbattery (battery test) dan tes adaptif (adaptive test).


D.  Perbandingan antara tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif
1.      Ditinjau dari fungsinya
1)   Tes diagnostik
a.       Menentukan apakah bahan prasarat telah dikuasai atau belum.
b.    Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.
c.    Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.
d.   Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menemtukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2)   Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3)   Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
2.      Ditinjau dari waktu
1)   Tes diagnostik
a.        Pada waktu penyaringan calon siswa
b.        Pada watu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.
c.         Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa.
2)   Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3)   Tes sumatif
Pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.
3.        Ditinjau dari berat penilaian
1)   Tes diagnostik
a.          Tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor.
b.        Faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
2)   Tes formatif
Menekankan pada tingkah laku kognitif.
3)   Tes sumatif
Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi (bukan sekadar ingatan atau hafalan saja).
4.        Ditinjau dari alat evaluasi
1)   Tes diagnostik
a.          Tes prestasi belajar yang sudah distandardisasikan.
b.        Tes diagnostik yang sudah distandardisasikan.
c.         Tes buatan guru.
d.        Pengamatan dan daftar cocok (check list).
2)   Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
3)   Tes sumatif
Tes ujian akhir.
5.        Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
1)   Tes diagnostik
a.          Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat.
b.        Memilih tujuan stiap program pelajaran secara berimbang.
c.         Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.
2)   Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
3)   Tes sumatif
Mungukur tujuan instruksional umum.
6.        Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
1)   Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2)   Tes formatif
Belum dapat ditentukan.
3)   Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
7.        Ditinjau dari skoring (cara menyekor)
1)   Tes diagnostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relatif (criterion referenced and normreferenced).
2)   Tes formatif
Menggunakan standar mutlak (criterion referenced).
3)   Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif (norm referenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion referenced).
8.        Ditinjau dari tingkat pencapaian
        Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam setiap tes. Tingkat pencapaian ini tidaklah sama. Tinggi rendahnya tuntutan terhadap tingkat pencapaian tergantung dari fungsi dan tujuan masing-masing tes.
1)   Tes diagnostik
       Berhubung ada bermacam-macam tes diagnostik maka tingkat pencapaian yang dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi

tentang keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes diagnostik.
Tes prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah untuk mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi bagi pengetahuan berikutnya. Untuk ini maka tingkat penguasaannya dituntut 100%.
2)   Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.
3)   Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Namun demikian tidak berarti bahwa tes sumatif tidak penting. Perlu diingat bahwa tes sumatif ini dilaksanakan pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan. Secara terpisah, tidak ditentukan tingkat pencapaiannya tetapi secara keseluruhan akan dikenakan suatu norma tertentu yaitu norma kenaikan kelas atau norma kelulusan.
9.        Ditinjau dari cara pencatatan hasil
1)   Tes diagnostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil.
2)   Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai sesuatu tugas.
3)   Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.

E.  Penggunaan Tes dalam Pengambilan Keputusan
Tes sebagai salah satu alat pengukuran dipergunakan karena berbagai macam alasan dan nilai tes dapat dipakai sebagai dasar informasi bagi beraneka macam keputusan. Macamnya keputusan yang dapat diambil berdasarkan informasi dari nilai tes antara lain:
1)      Keputusan untuk pemilihan/seleksi
2)      Keputusan untuk penempatan
3)      Keputusan untuk menggolong-golongkan
4)      Keputusan untuk pemberian bimbingan dari penyukuhan
5)      Keputusan untuk mendiagnosis dalam pendidikan dan melakukan remedasi
6)      Keputusan untuk peningkatan program dan pelaksanaan evaluasi
Di bawah ini akan diberi uraian secara singkat mengenai tiap macam keputusan di atas.
Keputusan untuk pemilihan seleksi. Suatu perguruan tinggi atau suatu perusahaan seringkali memutuskan untuk menerima bebrapa calon mahasiswa/pegawai dan menolak beberapa lainnya. Biasanya suatu tes dipakai sebagai dasar untuk penerimaan dan penolakan tersebut. Bila suatu tes dipakai sebagai dasar maka merupakan suatu keharusan bahwa nilai tes tersebut mempunyai hubungan dengan keberhasilan program atau tugas yang akan dilaksanakan oleh calon yang terpilih tersebut. Bila ternyata tes itu tidak dapat membedakan antara calon yang mungkin berhasil dan calon yang mungkin tidak berhasil, maka tes tersebut harus direvisi atau diganti. Penggunaan tes yang tidak baik dapat pada gambar dibawah ini. Beberapa calon akan berhasil seandainya mereka tidak ditolak, dan beberapa lainnya diterima akan tetapi ternyata mereka tidak berhasil. Dari sini dapat dilihat bahwa suatu tes dapat dievaluasi berdasarkan pada akibat dari keputusan yang dibuat yang berasal dari nilai tes tadi.
Keputusan untuk penempatan. Memilih calon pegawai untuk suatu peruahaan atau memilih calon mahasiswa untuk satu perguruan tinggi berlainan dengan memilih siswa dalam suatu sekolah untuk penempatan. Dalam hal ini yang pertama berarti bahwa terdapat kemungkinan untuk menolak calon dan perusahaan atau perguruan tinggi tersebut tidak menghiraukan akan apa jadinya calon yang ditolak tersebut. Dalam hal ini yang kedua tidak terjadi penolakan, yang terjadi adalah pemilihan siapa-siapa ditempatkan dikelas yang paling unggul, siapa-siapa dikelas yang kurang unggul, siapa-siapa dikelas yang biasa dan seterusnya; semua siswa memperoleh tempat. Kepuusan yang diambil sekolah untuk menempatkan siswa ke bagian-bagian yang sesuai disebut keputusan untuk penempatan. Ciri-ciri dari keputusan semacam ini ialah bahwa siswa ditempetkan pada berbagai kelompok yang setara dan memperoleh pengajaran yang sama; tak ada yang ditolak.
Kriteri yang dipakai untuk kesahian tes yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk penempatan berlainan dengan kriteria yang dipakai untuk kesahihan tes yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memilih/seleksi.
Keputusan untuk menggolongkan. Ada keputusan yang mengelompokkan orang dalam kategori tertentu. Misalnya dalam bidang pendidikan luar biasa anak-anak cacad digolongkan dalam kelompok yang “tuli”; kelompok yang “tuli dan bisu”; kelompom yang “buta”; kelompok yang “tuli dan buta” dan sebagainya. Keputusan yang diambil untuk mengelompokkan anak-anak itu disebut keputusan untuk menggolongkan.
Dapat saja mengkonseptualisasi penggolongan sebagai istilah yang umum yang menganggap pemilihan/seleksi dan penempatan sebagai kasus yang khusus. Penggolongan u=ialah menempatkan orang-orang keberbagai kategori, perkerjaan atau program. Bila penggolongan ini berupa tingkatan yang teratur dari program atau pekerjaan yang sama; maka penggolongan ini disebut penempatan. Bila salah satu kategori di mana orang digolonhkan ialah “penolakan, maka proses itu disebut pemilihan/seleksi. Ketiga mavam keputusan di atas dalam buku ini dianggap terpisah. Penggolangan ialah proses yang mengelompokkan orang dalam golongan yang tidak teratur, penmpatan ialah proses di mana penggolongan berupa tingkatan pengajaran atau perlakuan, dan pemilihan/seleksi ialah proses di mana orang dapat dikelompokkam dala  ketegori “ditolak”.
Keputusan untuk pemberian bimbingan dan penyuluhan. Tes yang dipakai sebagai dasar untuk memutuskan aakan pemberian bimbingan dan penyuluhan biasanya tidak terdiri dari tes tunggal saja akan tetapi terdiri dari satu seri tes, termasuk di dalamnya tes minat berbagai tes kemampuan, kuesioner kepribadian, dan tes prestasi. Informasi yang diperoleh dari hasil tes tersebut bersama-sama dengan data latar belakang dibahas dengan si siswa pada waktu pertemuan untuk bimbingan dan penyuluhan.
Keputusan untuk pemberian bimbingan dan penyuluhan dianggap keputusan individu sebagai lawan dari keputusan institusional.suatu institute dapat memberlakukan keputusan yang sudah diambilnya untuk beberapa orang dalam kondisi yang pada prinsipnya sama. Dengan demikian institute itu melihat pada kebenaran keputusan yang diambilnya secara global. Misalnya, suatu perguruan tinggi hanya menerima calom mahasiswa yang memperoleh nilai yang tinggi-tinggi saja pada ujian masuk agar supaya terjamin keberhasilannya dikemudian hari. Walaupun beberapa yang terpilih itu ada yang gagal akan tetapi pada umunya keputusan yang diambil perguruan tinggi itu lebih tepatnya dari pda salahnya. Dipandang dari sudut perguruan tinggi, mempertahankan tingkat keberhasilan adalah kriteria pengambilan keputusan yang benar.
Keputusan untuk mendiagnosis dalam pendidikan dan melakukan remidiasi. Terdapat kemungkinan beberapa siswa memerlukan bantuan khusus dalam pelajaran yang nereka hadapi. Untuk mengetahui siswa mana dan kesulitan apa yang dihadapi perlu ada tes yang disebut tes diagnostic. Bedasarkan pada hasil tes diagnostic ini diambilah keputusan untuk mendiagnosis, umpamanya: kegiatan belajar apa yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan tiap siswa yang sekaligus dapat meningkatkan kesempatan siswa semaksimal mungkin agar suoaya dapat mencapai tujuan. Mendiagnosis berarti menguraikan isi dan ciri-ciri pengajaran yang harus diterima oleh siswa.
Sampai sejauh ini perkembangan tes diagnostic hanya bertujuan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: keterampilan prasyarat (prerequisite) apa yang kuat dan apa yang lemah yang dimiliki oleh siswa? Informasi apakah yang salah penyampaiannya hingga merupakan gangguan lagi performance siswa sehubungan dengan belajar keterampilan dan penyerapan isi pelajaran?
Agar dapat mempunyai fungsi diagnostic maka tes itu harus berisi banyak pertanyaan yang mencakup tiap domin performance. Misalnya, untuk mengambil kesimpulan bahwa seorang siswa mengetahui atau tidak mengetahui bagaimana menjumlahkan fakta agar dapat mengikuti pelajaran yang berikutnya diperlukan lebih dari satu atau dua butir tes.
Jenis lain yang termasuk dalam keputusan untuk mendiagnosis ialah penilaian guru terhadap siswa yang dianggap oleh guru “dalam keadaan sedikit terganggu”. Kalau seorang gur menjumpai siswa yang demikian maka ia dapat meminta pertolongan pada bagian pelayanan mahasiswa atau pendidikan luar biasa untuk membantu siswa tersebut karena ia tidak dapat mengikuti kelas. Keputusan diagnostik semacam in dapat dibuat sesudah menilai siswa itu dalam jangka waktu tertentu.
Para ahli yang mendiagnosis keadaan siswa memakai situasi tes untuk mengumpulkan informasi tentang beberapa aspek dari performance siswa termasuk cara mereka bekerja, bobot dari jawaban mereka, dan pola nilai tes (Cronbach, 1970).
Keputusan untuk peningkatan program dan plaksanaan evaluasi. Tes yang dipakai untuk pelaksanaan evaluasi atau peningkatan program tidak usah diterapkan pada setiap siswa, dan semua siswa tidak usah mengerjakan butir tes yang sama. Apa yang ingin diketahui adalah informasi mengenai program pengajaran, dengan demikian masing-masing siswa tak usah dibandingkan satu sama lain. Teknik untuk memberi butir tes yang berbeda pada siswa yang berbeda disebut cuplikan butir (item sampling) atau cuplikan matriks (matrix sampling) (Lord dan Novick, 1968; Sirotnik, 1970)
Akan sangat menolong bila pada waktu pelaksanaan evaluasi program dapat diperoleh pengukuran dari proses pengajaran maupun hasil pengajaran (yaitu prestasi siswa).
Di bawah ini adalah uraian W. James Popham tentang bagaimana ia menggunakan cuplikan butir untuk mengevaluasi penyajian dikelas yang menggunakan slide.
“Bila ingin mengevaluasi eketivitas program pengajaran yang memakai tape-slide yang masing-masing berlangsung 30 menit berdasarkan prates-purtes dianjurkan untuk membuat beberapa tes acuan patokan yang masing-masing terdiri dari 10-20 butir dengan ketentuan satu program satu tes. Tiap butir tes dicetak di atas kertas berukuran 3 x 5 inci. Setalah katu itu dicocok maka dibagikan satu per satu pada 150-200 siswa yang mendaftar tes itu harus berlangsung 30 detik. Setelah semua data terkumpul ternyata data tersebut dapat memberi gambaran bagaimana unjuk kerja (perfoemance) seluruh kelas sebelum dan sesudah program pengajaran. Untuk tiap butir dari program dapat dikumpulkan 10-20 jawaban secara individual. Hal ini cukup memberikan fakta tentang bagaimana seluruh kelas itu dapat mengejkan butir tersebut.” (W. James Popham, 1975).

F.   Tujuan Tes
Suatu tes adalah suatu pengukuran baku tentang secuplik tingkah laku. Bila kita dapat mendiagnosis kemantapan emosional seorang pasien, atau menilai kemampuan berikut seseorang pada saat ini, atau menggolongkan orang sebagai orang yang perlu berprestasi lebih tinggi, maka kita telah mencatat dan mengobservasi tingkah laku yang memang menjadi perhatian kita. Bahwa kita telah menilai seseorang berate harus dilanjutkan dengan suatu tindakan. Misalnya, suatu diagnosis bahwa orang itu menderita gangguan emosional berarti bahwa dia harus memperoleh suatu perlakuan (treatment) tertentu. Mengetahui bahwa seorang siswa memiliki pengetahuan yang dalam tentang kalkulus menyebabkan kita memberinya nasehat agar supaya melanjutkan studinya untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang fisika atau matematika. Bila terdapat seorang pegawai yang perlu ditingkatkan prestasinya maka padanya dapat diupayakan untuk diberinya reinforcement. Pada dasarnya kita memerlukan suatu gambaran dari tingkahlaku orang-orang pada saat ini. Kita berminat pada keadaan mereka pada saat ini. Dalam daya upaya kita sebagai reaksi terhadap tingkah laku tadi tersirat prediksi atau ramalam. Diagnosis tadi mengatakan bahwa orang itu dapat berbuat sesuatu dan bahwa ia membutuhkan suatu perlakuan (treatment). Seorang yang didiagnosis bahwa ia mempunyai masalah emosional mungkin akan memperoleh therapy atau semacam itu. Dengan demikian dasara dari tujuan tes itu ialah sampai seberapa jauh keterandalan kita dalam mengukur tingkah laku tersebut. Yang kita kehendaki ialah gambaran yang sahi dan terandalkan dari responden
Pada ramalan sementara (temporal prediction) penekananya ialah pada prediksi langsung tentang tingkah laku pada saat ini atau dalam waktu yang lampau. Dengan kata lain suatu tes yang dipakai untuk menerima pegawai baru berarti dipakai untuk memilih yang diterima dan yang ditolak. Dasar dari ramalan sementara ialah pada penggunaan system pemilihan.
Penekanan pada diagnosis berarti penekanan pada keterandalan dan keajengan internal dari alat pengukuran yang mungkin akan menghalangi kesahihan prediktif (predictive validity) dari alat tersebut.
 DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nisap, A.2012. Bakat, Kemampuan Intelegensi, dan Keberbakatan (http://www.academia.edu/7191259/Psikologi_pendidikan_individu) diakses 16 februari 2016.

Rusli, R.S. 1988. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta: DEBDIKBUD

Wiyono, B.B. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar