BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
perkembangan tes dan pengukuran
Dibawah ini akan diuraikan secara
singkat tentang sejarah perkembangan tes dan pengukuran dalam pendidikan:
Negara
yang pertama-tama menggunakan pengukuran ialah Negara Tiongkok dalam tahun 2357
SM. Pada waktu itu kaisar Shun melaksanakan ujian bagi anggota tentara tiap 3
tahun untuk kenaikan pangkat mereka. Selanjutnya dianasti Chou dalam tahun
1122-255 SM melaksanakan ujian masuk sekolah yang diadakan tiap 2 tahun sekali.
Pemberian ujian ini diikuti oleh Negara Eropa, yaitu di Athea dalamtahun
500-300 SM. Ujian yang diadakan disini ialah untuk anak-anak muda yang menjadi
akil balig. Mereka diuji tentang ketangkasan dalam seni ketentaraan.
Eropa barat mulai mengadakan
ujian dalam tahun 1219 (Sesudah Masehi) di University of Bologna, yaitu ujian
untuk magister dalam ilmu hukum. Dalam tahun 1562 the Merchant’s Taylor Scool
DI London mengadakan unian tahunan untuk mengevaluasi program sekolah. Di
London sekolah yang sama ini juga mulai tahun1601 mengadakan ujian tertulis
selama 9 jam tiap 3 tahun sekali untuk mengevaluasi program.
Di Amerika ujian lisan maupun
tertulis untuk mengukur kemampuan guru mulai diadakan dalam tahun 1837. Tes-tes
acuan patokan yang pertama diadakan dalam tahun 1864 di Inggris. Dalam
tahun1889 diadakan penelitian tentang keterandalan nilai tes. Dalam tahun 1900
untuk pertama kali diadakan ujian masuk sekolah tinggi. Dalam tahun 1905 Alfred
Binet & Theophile Simon mengadakan intelegensia untuk tiap individu untuk
pertama kalinya. Dalam tahun 1908 C.W. Stone melaksanakan untuk pertama kalinya
secara professional tes prestasi (achievement
test) yang baku. E.F Thurstone mengembangkan skala sikap dalam tahun 1929.
Dalam tahun 1956 Benyamin S.
Bloom menulis taksonomi tujuan pendidikan. Robert Glasser dalam tahun 1963
menganjurkan untuk melaksanakan tes acuan patokan aripada tes norma. Dalam
tahun 1963 itu juga para ahli psikologi kuantitatif melaksanakan prosedur
statistic untuk menemukan penyimpangan (bias) alam tes. Para ahli pendidik,
para ahli psikologi, dan khalayak umum di amerika menentang secara nasional
interprestasi tentang keturunan berdasarkan tes intelegensia.
B.
Pengertian
Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik evaluasi
pembelajaran yang menggunakan instrument tes sebagai instrumen atau alat ukur
dalam evaluasi. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan
kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan, penguasaana atau
aspek-aspek lain yang sejenis berdasar ketentuan yang benar.
Cronbach
mengemukakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku
seseorang dan menggambarkan dengan alat bantu skala numerik atau sistem
kategori (Fernandes, 1984).secara lebih jelas, Umar dkk.(1996) mengatakan bahwa
tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan yang harus
dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites
(testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu orang yang
dites (testee). Dalam tes prestasi belajar yang akan diukur adalah tingkat
kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
Menurut Indrakusuma dalam Arikunto
(2009: 32). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Sedangkan
menurut Arikunto (2009: 33) Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi
karena penuh dengan batasan-batasan. Tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk
mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
C.
Jenis-jenis
Tes
Ada
beberapa tes ditinjau dari beberapasegi. Jenis-jenis tes tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan
aspek kepribadian yang diukur,tes dibedakan atas:
a. Tes
Prestasi (Achievement Test)
b.
Tes Intelegensi (Inte llegence Test)
c.
Tes
yang
mengungkapkan intelegensi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan umum seseorang untuk
memperkirakan apa -kah suatu pendidikan atau pelatihan tertentu dapat diberikan
kepadanya. Nilai tes intelegensi seringkali dikaitkan dengan umur dan menghasilkan
IQ untuk mengetahui bagaimana ke-dudukan relative orang yang bersangkutan
dengan kelompok orang sebaya.
d.
Tes Bakat (Aptitude Tes)
Atau sering disebut pula sebagai tes bakat
khusus mencoba untuk
mengetahui kecenderungan kemampuan khusus pada bidang-bidang tertentu.
e.
Tes Minat (Pysical Test)
Tes minat mengungkapkan reaksi seseorang
terhadap berbagai situasi yang secara keseluruhan akan mencerminkan minatnya.
Minat yang terungkap melalui tes minat ini seringkali menun- juk kan minat
yang lebih mewakili daripada minat yang se ke-dar dinyatakan yang biasanya
bukan merupakan minat yang sesungguhnya.
f.
Kepribadian (Psicho Test)
Mencoba
untuk mengungkapkan berbagai ciri kepribadian ter-tentu seperti introversi, penyesuaian
sosial dan sebagainya yang terkait dengan kepribadian.
2. Berdasarkan
scope sasaran yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a.
Tes Perfomansi Maksimum
(Maximum Performance Tes)
Tes Perfomansi Maksimum adalah tes yang mengukur
perfomansi maksimal. Yang dimaksud permomansi maksimal adalah perfomansi atau
kinerja terbaik yang mungkin ditunjukkan dindividu.
b. Tes
Performansi Khusus (Typical Performance
Test)
Tes Performansi Khusus adalah tes yang mengukur
aspek tertentu dari kepribadian (aspek non kognitif).
3. Berdasarkan
tujuan evaluasinya, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Diagnoastik (Diagnostic Test)
Tes diagnosik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelamahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Tes diagnostik terbagi menjadi 4, yaitu:
a) Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon
siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah mengetahui
pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang
dimaksudkan. Tes ini disebut juga tes prasarat atau pre-requisite test.
b)
Tes diagnostik ke-2
dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Apabila
cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu
kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah
anak yang baik akan disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi
dengan campuran anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya
informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes
diagnostik. Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes
penempatan (placement test).
c)
Tes diagnostik ke-3
dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima
pelajaran yang diberikan guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka
pengajar harus sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahiu bagian
mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu harus
dapat mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.
Berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan
bantuan yang diperlukan.
d) Tes
diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes
ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia
berikan.
b.
Tes Penempatan (Placement Test)
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam
rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana
yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
c. Tes
Seleksi (Selection Test)
Tes seleksi
diselenggarakanuntuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang
menuntutkemampuan tertentu
d. Tes
Formatif (Formative Test)
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah
formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya
seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir
pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif dibrikan pada akhir setiap
program. Tes ini merupakan post-test
atau tes akhir proses.
Evaluasi formatif mempunyai
manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
Manfaat bagi
siswa:
a. Digunakan
untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b.
Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan
mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai
dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru,
dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan
yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas
diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar
motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang
sudah baik itu atau memperoleh nilai lebih baik lagi.
c.
Usaha perbaikan. Dengan
umpan balik (feed back) yang
diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.
Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang
belum dikuasai. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan
penguasaan.
d.
Sebagai diagnosis.
Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian
pengetahuan, keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif,
siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih
dirasakan sulit.
Manfaat
tes formatif bagi guru:
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif
yang diadakan, maka guru:
a. Mengetahui
sampai sejuh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini
akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi
mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
b.
Mengetahui bagian-bagian
mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang
belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasarat bagi bagian pelajaran lain,
maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau
media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan
mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan
semakin tidak dapat menguasainya.
c.
Dapat meramalkan sukses
dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
Manfaat
bagi program:
Setelah
diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat
diketahui:
a.
Apakah program yang
telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan
anak.
b.
Apakah program tersebut
membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasarat yang belum diperhitungkan.
c.
Apakah diperlukan alat,
sarana, dab prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d.
Apakah metode,
pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
e. Tes
Sumatif (Sumative Test)
Evaluasi sumatif
atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya paemberian sekelompok program
atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif
dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir
caturwulan atau akhir semester.
Manfaat tes sumatif:
Ada beberapa manfaat tes sumatif,
dan 3 diantaranya yang terpenting adalah:
a. Untuk
menentukan nilai. Apabila tes formatif terutama diguanakan untuk memberikan informasi demi perbaikan
penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan
untuk penentuan kedudukan seorang anak
diantara teman-temannya
(grading), maka nilai dari tes
sumatif ini dipergunakan untuk menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai
ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lain.
b. Untuk
menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi
sebagai tes prediksi.
c.
Untuk mengisi catatan
kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
1) Orang
tua siswa
2) Pihak
bimbingan dan penyuluhan disekolah
3) Pihak-pihak
lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki
lapangan kerja
4. Berdasarkan
penekaan aspek yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Diagnoastik (Diagnostic Test)
b. Tes
Prognostiki (Prognostic Test)
c. Tes
Kecepatan (Speed Test)
d. Tes
Kekuatan (Power Test)
5. Berdasarkan
cara pembuatannya, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Terstandar (Standardized Test)
b. Tes
Tak Tersadar (Unstandarized Test)
6. Berasarkan
cara mengerjakannya, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Tertulis (Written Test)
Tes tertulis adalah suatu tes yang
menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis. Secara umum,tes tertulis
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes obyektif dan tes subyektif (essai).
Tes obyektif adalah tes
tertulisyang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau
memberikan jawaban singkat terbatas.sedangkan tes essai adlah tes tertulisyang
meminta siswa memberikan jawaban berupa uraian.Tes obyektif diguanakan untuk mengukur
penguasaan siswa pada tingkatan terbatas. Ruang lingkupnya cenderung luas,
tetapi tidak menuntut penalaran siswa. Tes obyektif terdiri atas beberapa
bentuk soal,antara lain meliputi tes benar salah (true false), tes pilihan ganda (multiple
choice), tes menjodohkan (maching), tes melengkapi (completion), dan tes jawaban singkat(short answer).
Tes essai digunakan untuk menelaah
siswa dalam mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan ide dengan kalimatnya
sendiri atau mengemukakan penalarannya. Ruang lingkup tes essai cenderung
terbatas, namundapat mengungkapkan kemampuan siswa secara mendalam. Secara
umum, tes essai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes uraian bebas dan tes
uraian terbatas.
Tes uraian bebas adalah tes essai
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal sesuai dengan
sistematika siswa seluas-luasnya. Sedangkan tes uraian terbatas adalah tes
essai yang butir soalnya memberikan batasan kepada siswa dalam menjawabnya.
Ada beberapa kelebihan dan
kelemahan tes obyektif. Kelebihan tes obyektif adalah cenderung bisa mencakup
materi yang luas, lebih bersifat obyektif dan cepat dalam pemeriksaaan.
Sedangkan kelemanhannya, adalah cenderung menekankan pada aspek kognitif
tingkat rendah, memungkinkan siswa menebak jawabanan lebih sulit menyusun soal.
Demikian juga ada kebihan dan kelemahan tes
essai. Keunggulan tes essai adalah bisa mengukur kemampuankognitif tingkat
tinggi, pembuatannya cenderung mudah, dapat melatih siswa berfikir logis,
analitis, sistematis dan memecahkan masalah, serta dapat mengukur kemampuan
siswa dalam mengorganisir kemampuannya, mengemukakan pendapat atau
mengekspresikan gagasan dengan kata-kata dengan kalimatnya sendiri.sedangkan
kelemahannya adalah jumlah materi atau pokok bahasan yang ditengkan sangat
terbatas, ruang lingkup terbatas, tingkat reliabilitasnya rendah, penskoran
atau pemeriksaannya bisa cenderung relatif subyektif, dan membutuhkan waktu
yang relatif lama dalam memeriksa
jawaban peserta tes.
b. Tes
Lisan (Oral Test)
Tes lisan adalah tes yang menuntut
siswa memberikan jawabannya dengan lisan. Tes lisan biasanya dilaksanakan
dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang permasalahannya yang diujikan.tes dapat digunakan
untuk mengungkapkan hasil belajar siswa, baik pada aspek kognitif maupun
efektif. Tes lisan sangat bermanfaatuntuk mengukur aspek yang berkaitan dengan
kemampuan komunikasi (communicative skill).
Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa, baik secara individual
maupun secara kelompok.
Ada beberapa kelebihan tes lisan.
Kelebihan tes lisan adalah pendidik bisa mengetahui kemampuansiswa dalam
mengemukakan pendapatnya secara langsung, formulasi pertanyaan dapat secara
langsung disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa secara tepat.
Disamping kelebihan, juga ada
beberapa kelemahan tes lisan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang
relatife lama, subyektifitas pelaksanaan tes sulit dihindari, dan sering kali
siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapatnya.
c.
Tes Perbuatan (Performance Test)
Tes perbuatan adalah tes yang
menuntut siswamelakukan perbuatan baik penampilan atau tindakan. Tes perbuatan
terutama ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik secara individual
atau kelompok. Ada beberapa kelebihan tes perbuatan. Tes perbuatan merupakan
alat paling tepat untuk mengecek terbentuk atau tidaknya ketrampilan yang
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan juga dapat membuat
pergantian suasana, sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangkan.
Disamping kelebihan, juga
adabeberapa kelemahan tes perbuatan. Kelemahannya adalah tidak semua bahan
ajaran dapat diungkap dengan tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan
waktu, tenaga, dan biaya yang cukup banyak.
7. Berdasarkan
jumlah testee yang mengerjakannya, tes dapat dibedakan atas :
a. Tes
Individual (Individual Test)
Merupakan
cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak,
karena diberikan secara perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi
anak ketika dites.
b. Tes
Kelompok (Classical Test)
8. Berdasarkan
waktu penyelenggaraannya, tes dapat dibedakan atas :
a. Tes
Terjadwal (Regular Test )
b. Tes
Tak terjadwal (Irregular Test )
9. Berdasarkan
cara interprestasinya, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Acuan Patokan (Criterion Referenced Test)
b. Tes
Acuan Kelompok (Norm Referenced Test)
10. Berdasarkan
bentuknya, tes juga dapat dibedakan atas:
a. Tes
Subyektif (Subyective Test)
1) Tes
Essai Bebas (Extended Response Essai)
2) Tes
Essai Terbatas (Restricted Response Essai)
b. Tes
Obyektif (Obyektive Test)
1) Tes
Benar Salah (True False Test)
2) Tes
Menjodohkan (Matching Test)
3)
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
4) Tes
Melengkapi (Completion Test)
5) Tes
Jawaban Singkat (Short Answer Test)
Disamping
klasifikasi jenis tes tersebut di atas, masih banyak lagi jenis pembagian
lainnya dari sisi lainnya. Sebagai contoh, bila ditinjau dari penggunaan
teknologi tes, tes juga bisa dibedakan tes yang dikerjakan dan atau diolah
secara computer (Computerized test).
Di sisi lain, bila ditinjau klasifikasi tes prestasi juga bisa dibedakan atas
tes yang bisa memberikan jawaban (supply-type
item), yang meliputi essay-extended
response, essay restricted response, short answer completion, dan tes yang
memilih jawaban, yang meliputi true false,
matching dan multiple choice. Dari sisi sifat dan keluasan sasaran, juga ada
bermacam-macam tes, antara lain tesbattery (battery
test) dan tes adaptif (adaptive test).
D.
Perbandingan
antara tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif
1. Ditinjau
dari fungsinya
1) Tes
diagnostik
a. Menentukan
apakah bahan prasarat telah dikuasai atau belum.
b. Menentukan
tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.
c. Memisah-misahkan
(mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan
dipelajari.
d. Menentukan
kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menemtukan cara yang khusus
untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2) Tes
formatif
Sebagai umpan balik
bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3) Tes
sumatif
Untuk memberikan tanda
kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi
kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
2. Ditinjau
dari waktu
1) Tes
diagnostik
a. Pada waktu penyaringan calon siswa
b.
Pada watu membagi kelas
atau permulaan memberikan pelajaran.
c.
Selama pelajaran
berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa.
2) Tes
formatif
Selama pelajaran berlangsung
untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3) Tes
sumatif
Pada
akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.
3.
Ditinjau dari berat
penilaian
1) Tes
diagnostik
a.
Tingkah laku kognitif,
afektif, psikomotor.
b.
Faktor-faktor fisik,
psikologis, dan lingkungan.
2) Tes
formatif
Menekankan
pada tingkah laku kognitif.
3) Tes
sumatif
Pada umumnya menekankan
pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan
kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku
kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi (bukan sekadar ingatan
atau hafalan saja).
4.
Ditinjau dari alat
evaluasi
1) Tes
diagnostik
a.
Tes prestasi belajar
yang sudah distandardisasikan.
b.
Tes diagnostik yang
sudah distandardisasikan.
c.
Tes buatan guru.
d.
Pengamatan dan daftar
cocok (check list).
2) Tes
formatif
Tes
prestasi belajar yang tersusun secara baik.
3) Tes
sumatif
Tes
ujian akhir.
5.
Ditinjau dari cara
memilih tujuan yang dievaluasi
1) Tes
diagnostik
a.
Memilih tiap-tiap
keterampilan prasyarat.
b.
Memilih tujuan stiap
program pelajaran secara berimbang.
c.
Memilih yang
berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.
2) Tes
formatif
Mengukur
semua tujuan instruksional khusus.
3) Tes
sumatif
Mungukur
tujuan instruksional umum.
6.
Ditinjau dari tingkat
kesulitan tes
1) Tes
diagnostik
Untuk tes diagnostik
mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat
kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2) Tes
formatif
Belum
dapat ditentukan.
3) Tes
sumatif
Rata-rata mempunyai
tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa
soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
7.
Ditinjau dari skoring
(cara menyekor)
1) Tes
diagnostik
Menggunakan standar
mutlak dan standar relatif (criterion
referenced and normreferenced).
2) Tes
formatif
Menggunakan
standar mutlak (criterion referenced).
3) Tes
sumatif
Kebanyakan menggunakan
standar relatif (norm referenced),
tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion
referenced).
8.
Ditinjau dari tingkat
pencapaian
Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang
harus dicapai siswa dalam setiap tes. Tingkat pencapaian ini tidaklah sama.
Tinggi rendahnya tuntutan terhadap tingkat pencapaian tergantung dari fungsi
dan tujuan masing-masing tes.
1) Tes
diagnostik
Berhubung ada bermacam-macam tes diagnostik maka tingkat
pencapaian yang dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik yang sifatnya
memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi
tentang
keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes
diagnostik.
Tes
prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah untuk
mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan
studi bagi pengetahuan berikutnya. Untuk ini maka tingkat penguasaannya
dituntut 100%.
2) Tes
formatif
Ditinjau
dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional
khusus.
3) Tes
sumatif
Sesuai
dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka
telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu
tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Namun demikian tidak
berarti bahwa tes sumatif tidak penting. Perlu diingat bahwa tes sumatif ini
dilaksanakan pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk menentukan
kenaikan kelas atau kelulusan. Secara terpisah, tidak ditentukan tingkat
pencapaiannya tetapi secara keseluruhan akan dikenakan suatu norma tertentu
yaitu norma kenaikan kelas atau norma kelulusan.
9.
Ditinjau dari cara
pencatatan hasil
1) Tes
diagnostik
Dicatat
dan dilaporkan dalam bentuk profil.
2) Tes
formatif
Prestasi tiap siswa
dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai sesuatu tugas.
3) Tes
sumatif
Keseluruhan
skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.
E.
Penggunaan
Tes dalam Pengambilan Keputusan
Tes
sebagai salah satu alat pengukuran dipergunakan karena berbagai macam alasan
dan nilai tes dapat dipakai sebagai dasar informasi bagi beraneka macam
keputusan. Macamnya keputusan yang dapat diambil berdasarkan informasi dari
nilai tes antara lain:
1) Keputusan
untuk pemilihan/seleksi
2) Keputusan
untuk penempatan
3) Keputusan
untuk menggolong-golongkan
4) Keputusan
untuk pemberian bimbingan dari penyukuhan
5) Keputusan
untuk mendiagnosis dalam pendidikan dan melakukan remedasi
6) Keputusan
untuk peningkatan program dan pelaksanaan evaluasi
Di
bawah ini akan diberi uraian secara singkat mengenai tiap macam keputusan di
atas.
Keputusan untuk pemilihan seleksi.
Suatu perguruan tinggi atau suatu perusahaan seringkali memutuskan untuk
menerima bebrapa calon mahasiswa/pegawai dan menolak beberapa lainnya. Biasanya
suatu tes dipakai sebagai dasar untuk penerimaan dan penolakan tersebut. Bila
suatu tes dipakai sebagai dasar maka merupakan suatu keharusan bahwa nilai tes
tersebut mempunyai hubungan dengan keberhasilan program atau tugas yang akan
dilaksanakan oleh calon yang terpilih tersebut. Bila ternyata tes itu tidak
dapat membedakan antara calon yang mungkin berhasil dan calon yang mungkin
tidak berhasil, maka tes tersebut harus direvisi atau diganti. Penggunaan tes
yang tidak baik dapat pada gambar dibawah ini. Beberapa calon akan berhasil
seandainya mereka tidak ditolak, dan beberapa lainnya diterima akan tetapi
ternyata mereka tidak berhasil. Dari sini dapat dilihat bahwa suatu tes dapat
dievaluasi berdasarkan pada akibat dari keputusan yang dibuat yang berasal dari
nilai tes tadi.
Keputusan untuk penempatan. Memilih
calon pegawai untuk suatu peruahaan atau memilih calon mahasiswa untuk satu
perguruan tinggi berlainan dengan memilih siswa dalam suatu sekolah untuk
penempatan. Dalam hal ini yang pertama berarti bahwa terdapat kemungkinan untuk
menolak calon dan perusahaan atau perguruan tinggi tersebut tidak menghiraukan
akan apa jadinya calon yang ditolak tersebut. Dalam hal ini yang kedua tidak
terjadi penolakan, yang terjadi adalah pemilihan siapa-siapa ditempatkan
dikelas yang paling unggul, siapa-siapa dikelas yang kurang unggul, siapa-siapa
dikelas yang biasa dan seterusnya; semua siswa memperoleh tempat. Kepuusan yang
diambil sekolah untuk menempatkan siswa ke bagian-bagian yang sesuai disebut keputusan untuk penempatan. Ciri-ciri
dari keputusan semacam ini ialah bahwa siswa ditempetkan pada berbagai kelompok
yang setara dan memperoleh pengajaran yang sama; tak ada yang ditolak.
Kriteri
yang dipakai untuk kesahian tes yang digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan untuk penempatan berlainan dengan kriteria yang dipakai untuk
kesahihan tes yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
memilih/seleksi.
Keputusan untuk menggolongkan. Ada
keputusan yang mengelompokkan orang dalam kategori tertentu. Misalnya dalam
bidang pendidikan luar biasa anak-anak cacad digolongkan dalam kelompok yang
“tuli”; kelompok yang “tuli dan bisu”; kelompom yang “buta”; kelompok yang
“tuli dan buta” dan sebagainya. Keputusan yang diambil untuk mengelompokkan
anak-anak itu disebut keputusan untuk
menggolongkan.
Dapat
saja mengkonseptualisasi penggolongan sebagai istilah yang umum yang menganggap
pemilihan/seleksi dan penempatan sebagai kasus yang khusus. Penggolongan
u=ialah menempatkan orang-orang keberbagai kategori, perkerjaan atau program.
Bila penggolongan ini berupa tingkatan yang teratur dari program atau pekerjaan
yang sama; maka penggolongan ini disebut penempatan. Bila salah satu kategori
di mana orang digolonhkan ialah “penolakan, maka proses itu disebut
pemilihan/seleksi. Ketiga mavam keputusan di atas dalam buku ini dianggap
terpisah. Penggolangan ialah proses yang mengelompokkan orang dalam golongan
yang tidak teratur, penmpatan ialah proses di mana penggolongan berupa
tingkatan pengajaran atau perlakuan, dan pemilihan/seleksi ialah proses di mana
orang dapat dikelompokkam dala ketegori
“ditolak”.
Keputusan untuk pemberian bimbingan dan penyuluhan. Tes
yang dipakai sebagai dasar untuk memutuskan aakan pemberian bimbingan dan
penyuluhan biasanya tidak terdiri dari tes tunggal saja akan tetapi terdiri
dari satu seri tes, termasuk di dalamnya tes minat berbagai tes kemampuan,
kuesioner kepribadian, dan tes prestasi. Informasi yang diperoleh dari hasil
tes tersebut bersama-sama dengan data latar belakang dibahas dengan si siswa
pada waktu pertemuan untuk bimbingan dan penyuluhan.
Keputusan
untuk pemberian bimbingan dan penyuluhan dianggap keputusan individu sebagai
lawan dari keputusan institusional.suatu institute dapat memberlakukan
keputusan yang sudah diambilnya untuk beberapa orang dalam kondisi yang pada
prinsipnya sama. Dengan demikian institute itu melihat pada kebenaran keputusan
yang diambilnya secara global. Misalnya, suatu perguruan tinggi hanya menerima
calom mahasiswa yang memperoleh nilai yang tinggi-tinggi saja pada ujian masuk
agar supaya terjamin keberhasilannya dikemudian hari. Walaupun beberapa yang
terpilih itu ada yang gagal akan tetapi pada umunya keputusan yang diambil
perguruan tinggi itu lebih tepatnya dari pda salahnya. Dipandang dari sudut
perguruan tinggi, mempertahankan tingkat keberhasilan adalah kriteria
pengambilan keputusan yang benar.
Keputusan untuk mendiagnosis dalam pendidikan dan
melakukan remidiasi. Terdapat kemungkinan
beberapa siswa memerlukan bantuan khusus dalam pelajaran yang nereka hadapi.
Untuk mengetahui siswa mana dan kesulitan apa yang dihadapi perlu ada tes yang
disebut tes diagnostic. Bedasarkan pada hasil tes diagnostic ini diambilah
keputusan untuk mendiagnosis, umpamanya: kegiatan belajar apa yang paling
sesuai untuk memenuhi kebutuhan tiap siswa yang sekaligus dapat meningkatkan
kesempatan siswa semaksimal mungkin agar suoaya dapat mencapai tujuan.
Mendiagnosis berarti menguraikan isi dan ciri-ciri pengajaran yang harus
diterima oleh siswa.
Sampai
sejauh ini perkembangan tes diagnostic hanya bertujuan untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut: keterampilan prasyarat (prerequisite) apa yang kuat
dan apa yang lemah yang dimiliki oleh siswa? Informasi apakah yang salah
penyampaiannya hingga merupakan gangguan lagi performance siswa sehubungan dengan belajar keterampilan dan
penyerapan isi pelajaran?
Agar
dapat mempunyai fungsi diagnostic maka tes itu harus berisi banyak pertanyaan
yang mencakup tiap domin performance. Misalnya,
untuk mengambil kesimpulan bahwa seorang siswa mengetahui atau tidak mengetahui
bagaimana menjumlahkan fakta agar dapat mengikuti pelajaran yang berikutnya
diperlukan lebih dari satu atau dua butir tes.
Jenis
lain yang termasuk dalam keputusan untuk mendiagnosis ialah penilaian guru
terhadap siswa yang dianggap oleh guru “dalam keadaan sedikit terganggu”. Kalau
seorang gur menjumpai siswa yang demikian maka ia dapat meminta pertolongan
pada bagian pelayanan mahasiswa atau pendidikan luar biasa untuk membantu siswa
tersebut karena ia tidak dapat mengikuti kelas. Keputusan diagnostik semacam in
dapat dibuat sesudah menilai siswa itu dalam jangka waktu tertentu.
Para
ahli yang mendiagnosis keadaan siswa memakai situasi tes untuk mengumpulkan
informasi tentang beberapa aspek dari performance
siswa termasuk cara mereka bekerja, bobot dari jawaban mereka, dan pola
nilai tes (Cronbach, 1970).
Keputusan untuk peningkatan program dan plaksanaan
evaluasi. Tes yang dipakai untuk pelaksanaan evaluasi
atau peningkatan program tidak usah diterapkan pada setiap siswa, dan semua
siswa tidak usah mengerjakan butir tes yang sama. Apa yang ingin diketahui
adalah informasi mengenai program pengajaran, dengan demikian masing-masing
siswa tak usah dibandingkan satu sama lain. Teknik untuk memberi butir tes yang
berbeda pada siswa yang berbeda disebut cuplikan butir (item sampling) atau
cuplikan matriks (matrix sampling) (Lord dan Novick, 1968; Sirotnik, 1970)
Akan
sangat menolong bila pada waktu pelaksanaan evaluasi program dapat diperoleh
pengukuran dari proses pengajaran
maupun hasil pengajaran (yaitu
prestasi siswa).
Di
bawah ini adalah uraian W. James Popham tentang bagaimana ia menggunakan
cuplikan butir untuk mengevaluasi penyajian dikelas yang menggunakan slide.
“Bila
ingin mengevaluasi eketivitas program pengajaran yang memakai tape-slide yang masing-masing
berlangsung 30 menit berdasarkan prates-purtes dianjurkan untuk membuat
beberapa tes acuan patokan yang masing-masing terdiri dari 10-20 butir dengan
ketentuan satu program satu tes. Tiap butir tes dicetak di atas kertas
berukuran 3 x 5 inci. Setalah katu itu dicocok maka dibagikan satu per satu
pada 150-200 siswa yang mendaftar tes itu harus berlangsung 30 detik. Setelah
semua data terkumpul ternyata data tersebut dapat memberi gambaran bagaimana
unjuk kerja (perfoemance) seluruh kelas sebelum dan sesudah program pengajaran.
Untuk tiap butir dari program dapat dikumpulkan 10-20 jawaban secara
individual. Hal ini cukup memberikan fakta tentang bagaimana seluruh kelas itu
dapat mengejkan butir tersebut.” (W. James Popham, 1975).
F.
Tujuan
Tes
Suatu tes adalah suatu pengukuran baku
tentang secuplik tingkah laku. Bila kita dapat mendiagnosis kemantapan
emosional seorang pasien, atau menilai kemampuan berikut seseorang pada saat
ini, atau menggolongkan orang sebagai orang yang perlu berprestasi lebih
tinggi, maka kita telah mencatat dan mengobservasi tingkah laku yang memang
menjadi perhatian kita. Bahwa kita telah menilai seseorang berate harus
dilanjutkan dengan suatu tindakan. Misalnya, suatu diagnosis bahwa orang itu
menderita gangguan emosional berarti bahwa dia harus memperoleh suatu perlakuan
(treatment) tertentu. Mengetahui bahwa seorang siswa memiliki pengetahuan yang
dalam tentang kalkulus menyebabkan kita memberinya nasehat agar supaya
melanjutkan studinya untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang fisika
atau matematika. Bila terdapat seorang pegawai yang perlu ditingkatkan
prestasinya maka padanya dapat diupayakan untuk diberinya reinforcement. Pada dasarnya kita
memerlukan suatu gambaran dari tingkahlaku orang-orang pada saat ini. Kita
berminat pada keadaan mereka pada saat ini. Dalam daya upaya kita sebagai
reaksi terhadap tingkah laku tadi tersirat prediksi atau ramalam. Diagnosis
tadi mengatakan bahwa orang itu dapat berbuat sesuatu dan bahwa ia membutuhkan
suatu perlakuan (treatment). Seorang yang didiagnosis bahwa ia mempunyai
masalah emosional mungkin akan memperoleh therapy atau semacam itu. Dengan
demikian dasara dari tujuan tes itu ialah sampai seberapa jauh keterandalan
kita dalam mengukur tingkah laku tersebut. Yang kita kehendaki ialah gambaran
yang sahi dan terandalkan dari responden
Pada ramalan sementara (temporal
prediction) penekananya ialah pada prediksi langsung tentang tingkah laku pada
saat ini atau dalam waktu yang lampau. Dengan kata lain suatu tes yang dipakai
untuk menerima pegawai baru berarti dipakai untuk memilih yang diterima dan
yang ditolak. Dasar dari ramalan sementara ialah pada penggunaan system
pemilihan.
Penekanan pada diagnosis berarti
penekanan pada keterandalan dan keajengan internal dari alat pengukuran yang
mungkin akan menghalangi kesahihan prediktif (predictive validity) dari alat
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nisap,
A.2012. Bakat, Kemampuan Intelegensi, dan Keberbakatan (http://www.academia.edu/7191259/Psikologi_pendidikan_individu)
diakses 16 februari 2016.
Rusli,
R.S. 1988. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta:
DEBDIKBUD
Wiyono,
B.B. 2009. Evaluasi Program Pendidikan
Dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar