Rabu, 20 Januari 2016

Makalah Optimalisasi Peran Serta Masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Peran Serta Masyarakat
Wuriyanto dalam Benty dan Gunawan (2015:74) mengatakan peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan dan keikutsertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Lembaga pendidikan pada masa sekarang dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat.  Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Hal ini yang melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.
Surbobroto dalam Benty dan Gunawan (2015:74) mengemukakan hubungan sekolah dengan masyarakat diartikan sebagai public relation, yaitu hubungan timbal balik sekolah dengan warga masyarakat.
Masyarakat memiliki potensi-potensi yang dapat didayagunakan dalam mendukung program-program sekolah (Benty dan Gunawan, 2015:73). Untuk itu agar sekolah dapat tumbuh dan berkembang, maka program sekolah harus sejalan dengan kebutuhan  masyarakat. Disatu sisi sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan, dan memerlukan dukungan dalam menjalankan program-program tersebut. Hal ini berarti bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai suatu kedekatan hubungan. Hubungan tersebut harus selalu dijaga dan dibina secara harmonis.
B.     Komponen-Komponen Peran Serta Masyarakat
Wurianto dalam Benty dan Gunawan (2015:74) menyatakan yang termasuk komponen-komponen masyarakat adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, dan lembaga sosial budaya. Tokoh masyarakat yaitu para orang tua siswa atau anggota masyarakat lain yang peduli terhadap pendidikan, mereka berasal dari berbagai kelompok golongan, pekerjaaan dan profesi. Tokoh agama seperti paraulama, ustadz, pendeta, dan rohaniwan lainnya. DUDI seperti para pemilik usaha toko, pabrik, dealer kendaraan bermotor dan wiraswasta yang berada di lingkungan sekolah. Lembaga sosial budaya seperti organisasi profesi, organisasi sosial, para pemuka adat, rukun tetangga, rukun warga, bahkan organisasi budaya.
Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan :
1.      Pengambilan keputusan
2.      Pelaksanaan
3.      Penilaian
Peran serta dalam mengambil keputusan misalnya ketika sekolah mengundang rapat besama Komite Sekolah untuk membahas perkembangan sekolah, maka masyarakat yang dalam hal ini ialah orang tua, anggota komite sekolah, atau wakil dari dunia bisnis dan industri secara bersama-sama memberikan sumbangan saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan yang telah disepakati, maka keputusan tersebut tentunya akan dilaksanakan ddalam menunjang pencapaian mutu pendidikan. Dengan demikian masyarakat yang mendukung program sekolah hasil kesepakatan telah berperan serta dalam pelaksanaan. Demikian pula dalam perjalanan program, tentunya perlu kontrol dan upaya-upaya untuk memperbaiki. Hal itu merupakan contoh peran serta masyarakat dalam mengevaluasi.
C.    Bentuk-Bentuk Peran Serta Orang Tua Peserta Didik dengan Masyarakat
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan sebagai berikut:
1.      Pasal 7 ayat 1: Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
2.      Pasal 7 ayat 2: Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Dari undang-undang tersebut, sudah dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap dunia persekolahan anaknya. Unsur penting partisipasi orang tua adalah tanggung jawab, baik tanggung jawab keluarga maupun sekolah. Ditinjau dari variasi tanggung jawab ini dapatlah dikembangkan kerangka kerja teoritis partisipasi orang tua sebagai kontinum mulai dari paling tinggi tanggung jawab sekolah (sehingga rendah tanggung jawab orang tua) sampai yang setara tanggung jawab kedua belah pihak. Menurut Ellio dan Swap dalam Benty dan Gunawan (2015:75) ada 4 model pertisipasi orang tua yaitu :
1.      Protective atau separate responsibilities
Mengasumsi bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung jawab anak yang saling terpisah satu dengan yang lain, maka dari itu akan menjadi efektif dan efisian jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target dan kegiatan masing-masing secara saling lepas.
2.      School to home transmission atau sequential responsibilities
Mengansumsi bahwa keberhasilan anak didukung secara berkelanjutan oleh harapan dan nilai-nilai antara keluarga dan sekolah.
3.      Curriculum enrichment
Berasumsi bahwa interaksi antara keluarga dan personel sekolah dapat mendukung  kurikulum dan tujuan pendidikan. Tiap pihak mempunyai keahlian khusus berkaitan dengan kurikulum atau proses belajar mengajar dan pengajaran.
4.      Partnership atau school responsibilities
Menekankan koordinasi dan kerjasama sekolah dan keluarga untuk mengembangkan komunikasi dan kolaborasi. Asumsinya sekolah dan keluarga lebih efektif jika informasi, nasihat, dan pengalaman dibagi secara berkelanjutan diantara semua warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Orang tua dapat berpartisipasi dalam menyediakan dana, sarana, dan prasarana sekolah sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah disusun bersama, serta membina anak-anak terutama dalam pendidikan moral agar anak tercegah dari sifat dan perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan. Orang tua yang memiliki pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus dapat berpartisipasi dalam membantu sekolah seperti pada bidang proses pembelajaran, pengelolaan persekolahan, dan pengelolaan keuangan sekolah. Intinya orang tua akan membantu sekolah jika pihak sekolah mampu berkomunikasi dengan baik. Apabila sekolah bersikap transparan, terutama dalam hal keuangan dan orang tua akan diikutsertakan dalam pembicaraan rencana sekolah, maka sudah semestinya orang tua merasa ikut memilih sekolah. Penjalinan hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dapat dilakukan melalui komite sekolah, pertemuan yang direncanakan atau saat penerimaan raport, sumber informasi sekolah dan sumber belajar bagi anak, serta secara bersama-sama memecahkan masalah (Benty dan Gunawan, 2015: 75).
Mengingatkan salah satu kunci sukses menajemen dalam menggalang partisipasi orang tua adalah menjalin hubungan harmonis, maka sekolah perlu memprogramkan beberapa hal yakni :
1.      Melibatkan orang tua secara professional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan dan program sekolah.
2.      Menjalin komunikasi secara intensif .
3.      Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua dalam pembinaan pribadi siswa.
4.      Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan.
5.      Melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan agar mereka bertanggung jawab untuk melaksanakan.
6.      Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik (Benty dan Gunawan, 2015: 76).
Masyarakat harus mempunyai pertisipasi aktif dalam penyelenggarakan pendidikan. Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat secara umum menurut Slemet dan Kriswandani dalam Benty dan Gunawan (2015:76) dapat berupa :
1.      Fasilitas yang bersifat fisik
Seperti tempat dan perlengkapan belajar di kelas, alat-alat pengajaran, buku-buku pelajaran, dan perlengkapan berbagai praktikan, atau perlengkapan keterampilan.
2.      Fasilitas yang bersifat non fisik
Seperti waktu, kesempatan biaya, dan berbagai aturan serta kebijakan pemimpin sekolah.
Benty dan Gunawan (2015:76) menyatakan mengenai Peraturan  Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional pasal 4, peran serta atau partisipasi masyarakat dapat berbentuk :
1.      Pendirian atau penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis ini pendidikan kecuali pendidikan kedinasan dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
2.      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan datan pelatihan peserta didik.
3.      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan atau penelitian dan pengembangan.
4.      Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
5.      Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis
6.      Pengadaan dan pemberian bantuan ruang, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
7.      Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
8.      Pemberian kesempatan untuk magang dan pelatihan kerja.
9.      Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional.
10.  Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
11.  Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
12.  Keikutsertaan dalam program pendidikan atau penelitian yang diselenggarakan oleh pemerintah di dalam atau di luar negeri.

D.    Peranan Orang Tua Peserta Didik dan Masyarakat dalam Program Kerja Humas
Menurut Harjaningrum dalam Benty dan Gunawan (2015:77) mengemukakan  peranan serta orang tua di lembaga pendidikan yaitu suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan, yaitu orang tua sebagai pengajar dan orang tua sebagai relawan orang tua sebagai pembuat keputusan, dan orang tua sebagai sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua. Orang tua dalam peran-peran tersebut memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Orang tua dengan menjadi advokad yang tangguh bagi anak maka secara tidak langsung orang tua sudah berperan aktif secara global. Mengapa demikian? hal ini karena orang tua sudah ikut membantu meredam dengan kekritisan anaknya dalam memilih informasi-informasi dan hal-hal baru di luar khususnya yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak.
Benty dan Gunawan (2015:77) menyatakan mengenai Peraturan pemerintah nomor 39 tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional yang di dalamnya memuat bahwasanya pendidikan merupakan tanggug jawab bersama antara pemerintah,masyarakat, dan keluarga, menyatakan :
1.      Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2.      Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil pendidikan.
Sehingga peran serta masyarakat sangatlah penting dalam peningkatan mutu pendidikan, dengan memberikan kontribusi baik gagasan/ide-ide, bantuan tenaga, materi yang memungkinkan peran pemerintah adanya keterbatasan tertentu,menyumbangkan keahlian/kreatifitas-kreatifitas tertentu, peran masyarakat juga sangat penting dalam tercapainya suatu bentuk visi dan misi sekolah. Tetapi sekolah juga harus menyadari masih banyak yang begitu agar mengerjakan memahami bahwasanya peran masyarakat itu sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan, sebagian besar hanya berfikir bahwa ruang lingkup suatu pendidikan hanya sebatas hubungan guru, pemerintah, dan orang-orang yang tergolong dalam anggota sekolah saja. Padahal semua itu sudah tertera dalam undang-undang tetapi semua itu juga bukan sepenuhnya kesalahan masyarakat yang kurang memahami tapi juga pihak sekolah sendiri kurang adanya transparasi atau kurang menjalin humas dengan baik (Benty dan Gunawan, 2015:78).
Contoh konkret peran masyarakat menurut Purnamasari dalam Benty dan Gunawan (2015:78) adalah dengan memberikan bantuan tenaga mengerjakan renovasi suatu bangunan atau fasilitas yang diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan, bergotong-royong untuk saling memperbaiki dan ada pula berupa kontribusi dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana, karena ini juga berkaitan dengan nama baik lingkungannya dan biasanya maksudnya adalah kebanyakan orang-orang melihat suatu bentuk bangunan untuk mengetahui kepribadian lingkungan setempat, apalagi berupa kebutuhan masyarakat yang sangat penting biasanya dilihat dari bangunan sekolah, tempat peribadatan, dan tempat-tempat penting lainnya. Ada pula peran masyarakat memberikan edukasi khusus untuk kreatifitas para peserta didik sesuai dengan kreatifitas yang dihasilkan lingkungan setempat ataupun kreatifitas lainnya yang dimiliki oleh masyarakat.
Benty dan Gunawan (2015:78) menyatakan orang tua adalah salah satu mitra sekolah dimana peranan orang tua adalah mempercayakan anaknnya untuk lebih baik dan menjadi pribadi yang mampu membawa perubahan positif, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, disini pula pihak orang tua mendistribusikan dana untuk keberlangsungan suatu pendidikan anaknya supaya dalam proses pendidikannya berjalan dengan baik dan mampu menghasilkan anak-anak yang berkualitas, dan hubungan orang tua dalam perencanaan pengembangan sekolah dapat ditempuh dengan banyak cara seperti orang tua dapat datang ke sekolah tanpa atau dengan undangan sekolah yang mengundang, dan sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama menampung berbagai permasalahan yang dihadapi dan dari jumlah permasalahan tersebut dipilih sejumlah permasalahan paling penting yang akan dipecahkan, serta dalam memecahkan masalah, harus memperhitungkan pula kemungkinan tersediannya sumber dana, tenaga, sarana dll, serta kesempatan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga setelah orang tua membahas dan memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah, hasil dari pertemuan tersebut kemudian diserahkan kepada sekolah.
E.     Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Mansyur dalam Benty dan Gunawan (2015:79) berpendapat sangat penting bagi sekolah untuk menjalankan peranan kepemimpinan yang aktif dalam menggalakkan program-program sekolah melalui peran serta aktif orang tua dan masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengupayakan partisipasi orang tua dan mesyarakat terhadap keberhasilan program sekolah, yaitu:

1.      Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat
Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang efektif. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, yaitu:
a.       Mengidentifikasi orang-orang kunci, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi teman lain. Orang-orang itulah yang tahap pertama dihubungi, diajak konsultasi, dan diminta bantuannya untuk menarik orang lain berpartisipasi dalam program sekolah. Tokoh-tokoh semacam itu dapat berasal dari orang tua siswa atau warga masyarakat yang dituakan atau informal leaders, pejabat, tokoh bisnis, dan prfesi lainnya.
b.      Melibatkan orang-orang kunci tersebut dalam kegiatan sekolah, khususnya yang sesuai dengan minatnya. Misalnya tokoh seni dapat dilibatkan dalam pembinaan kesenian di sekolah. Orang yang hobi olahraga dapat dilibatkan dalam program olahraga sekolah. Selanjutnya tokoh-tokoh tersebut diperankan sebagai mediator dengan masyarakat luas.
c.       Memilih saat yang tepat, misalnya pelibatan masyarakat yang hobi olahraga dikaitkan dengan adanya Pekan Olahraga Nasional atau sejenis yaitu saat minat olahraga di masyarakat sedang naik. Pelibatan tokoh dan masyarakat yang peduli terhadap kebersihan/kesehatan dimulai pada hari Kesehatan Nasional.


2.      Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah
Pepatah menyatakan tak senang jika tak kenal, juga berlaku dalam hal ini. oleh karena itu sekolah harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat. Program sekolah tersebut harus bermanfaat juga bagi masyarakat. Oleh sebab itu, sekolah dapat melakukan:
a.       Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana semacam ini dapat menumbuhkan simpati masyarakat.
b.      Mengadakan open house yang memberi kesempatan masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah. Tentu saja dalam kesempatan semacam itu sekolah perlu menonjolkan program-program yang menarik minat masyarakat.
c.       Mengadakan buletin sekolah atau majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan dan program sekolah, untuk diinformasikan kepada masyarakat.
d.      Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua untuk menjadi pembicara atau pembina program kesehatan sekolah.
e.       Membuat program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya perayaan hari-hari nasional maupun keagamaan.

3.      Memberdayakan Dewan Sekolah
Keberadaan Dewan Sekolah akan menjadi oenentu dalam pelaksanaan otonomi pendidikan di sekolah. Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat ikut merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Untuk meningkatkan komitmen peran serta masyarakat dalam menunjang pendidikan, termasuk dari dunia usaha, perlu dilakukan antara lain dengan upaya-upaya:
a.       Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan terutama di tingkat sekolah. Melalui otonomi, pengambilan keputusan yang menyangkut pelaksanaan layanan jasa pendidikan akan semakin mendekati kepentingan masyarakat yang dilayani.
b.      Selanjutkan program imlab swadana, yaitu pemerintah baru akan memberikan sejumlah bantuan tertentu pada sekolah apabila masyarakat telah menyediakan sejumlah biaya pendamping.
c.       Mengembangkan sistem sponsorship bagi kegiatan pendidikan.
d.      Melalui upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan orang tua dalam mendukung program-program sekolah dapat teroptimalkan.
Nasution (2006:42) menyatakan dalam peningkatan peran serta masyarakat, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan agar program hubungan masyarakat yang dibangun dapat berjalan dengan efektif. Sebagai praktisi humas harus mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan sebgai berikut:
1.      Apa yang telah diketahui masyarakat tentang sekolah itu?
2.      Apa yang ingin diketahui masyarakat tentang sekolah itu?
3.      Apa yang diketahui sekolah supaya masyarakat mengetahui tentang sekolah itu?
4.      Bagaimana hendaknya mengajar para siswa sehingga mereka memberikan tafsiran yang sesuai kepada para orang tua mereka?
5.      Bagaimana seharusnya para guru dilatih dalam hubungan masyarakat dan siapa hendak memberikan latihan seperti itu?
6.      Bagaimana program hubungan masyarakat dan pertimbangan finansial yang diperlukan untuk mendukung program itu agar dapat dijelaskan dengan lebih efektif kepada para orang tua siswa dan masyarakat?
7.      Bagaimana program hubungan masyarakat bisa diterima masyarakat sebagai sesuatu yang diciptakan untuk kepentingan para siswa dan bukan bagi kepentingan para guru?
Setelah pertanyaan-pertanyaan dasar ini dijawab oleh praktisi humas. Maka akan mempermudahkan dalam penyusunan program humas. Baik program jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Strategi-strategi tersebut merupakan strategi yang harus diperhatikan dalam peningkatan peran serta masyarakat terhadap program pendidikan. Sehingga dengan adanya strategi tersebut diharapkan akan mempermudah praktisi humas dalam menjalankan tugasnya.
F.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
Slameto dan Kriswandani dalam Benty dan Gunawan(2015:80) mengemukakan ada tiga hal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yaitu:
1.      Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan, dan martabatnya. Masyarakat dengan kesadaran seperti ini akan mempunyai pandangan bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah semata-mata untuk meraka. Tugas sekolah adalah memberikan pencerahan dan penyadaran di tengah-tengah masyarakat bahwa pendidikan sangatlah penting artinya untuk peningkatan taraf dan martabat hidup mereka.
2.      Tanggung jawab sekolah. Penyelenggara pendidikan (pihak sekolah) mempunyai semangat dan kemauan untuk memberikan ruang-ruang atau kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Sekolah dengan memberikan kesempatan atau bahkan dorongan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi mempunyai dampak kesadaran akan pentingnya pendidikan dan akan pentingnya masyarakat berpartisipasi terhadap penyelenggaraan pendidikan.
3.      Regulasi. Hal ini sangat penting untuk mendorong semua pihak agar mempunyai kemauan untuk ikut ambil bagian dalam pendidikan. Pemerintah sebagai pengayom masyarakat diharapkan menjadi pengayom untuk semua masyarakat dan pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang kondusif. Pemerintah dalam hal pendidikan membuat regulasi tantang partisipasi masyarakat.

G.    Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Program Pendidikan
Slameto dan Kriswandani dalam Benty dan Gunawan (2015:81) berpendapat tidak setiap kondisi sosial budaya terbiasa dengan partisipasi, sebagai salah satu bentuk dari budaya demokrasi, maka bisa saja usaha meningkatkan kualitas sebuah lembaga pendidikan dengan memanfaatkan partisipasi aktif masyarakat tidaklah selalu berjalan mulus. Sekalipun begitu peningkatan partisipasi masyarakat haruslah tetap diusahakan, sekalipun harus diakuai tidak gampang. Hal-hal yang bisa diusahakan antara lain:
1.      Melakukan persuasi kepada masyarakat, bahwa dengan keikutsertaan masyarakat dalam kebijakan yang dilaksanakan, justru akan menguntungkan masyarakat sendiri.
2.      Menghimbau masyarakat untuk turut berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan.
3.      Menggunakan tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut serta dalam kebijakan agar masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga sekaligus ikut serta dalam kebijakan yang diimplementasikan.
4.      Mengaitkan keikutsertaan masyarakat dalam implementasi kebijakan dengan kepentingan mereka, masyarakat memang perlu diyakinkan bahwa ada banyak kepentingan mereka yang terlayani dengan baik jika mereka berpartisipasi dalam kebijakan.
5.      Menyadarkan masyarakat untuk ikut berpatisipasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan secara sah dan kebijakan yang sah tersebut adalah salah satu dari wujud pelaksanaan dan perwujudan aspirasi masyarakat.

H.    Langkah-langkah Pengembangan Kegiatan Peran Serta Masyarakat
Benty dan Gunawan (2015:82) menyatakan sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pendidikan sekolah harus memahami  tahapaan dalam melaksanakan kerjasama dengan masyarakat. Tahap-tahap dalam mengembangkan peran serta  masyarakat adalah:
1.      Melaksanakan penggalangan , pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
2.      Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah pendidikan maupun masyarakat dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila diperlukan bantuan dari luarbentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.
3.      Menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan pendidikan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan pendidikan di sekolah.
4.      Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan pendidikan. Semangat gotong-royong yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya peningkatan derajat pendidikan masyarakat. Adanya semangat gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah masyarakat bersedia bekerjasama dalam kegiatan program pendidikan.
5.      Bekerja bersama masyarakat. Dalam setiap kegiatan program pendidikan, hendaknya pemerintah atau sekolah menggunakan prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan keterampilan dari sekolah kepada masyarakat.
6.      Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk upaya penggerakan peran serta masyarakat termasuk di bidang pendidikan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk itu pembuatan keputusan khususnya yang menangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna penyelesaian masalah pendidikan yang ada dimasyarakat hendaknya diserahkan kepada masyarakat. Pemerintah maupun sekolah hanya bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator sehingga masyarakat merasa lebih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya.

I.       Strategi Pola dan Proses Membangun Peran Serta Masyarakat
Slamet dan Krisnawandani dalam Benty dan Gunawan (2015:83) menyatakan dalam rangka mendorong partisipasi orang tua, kepala sekolah perlu melakukan beberapa hal yakni:
1.      Mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan partisipasi orang tua dalam program dan kegiatan sekolah, dalam hal ini upayakan untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakl dewan pendidikan serta komite sekolah dalam identifikasi tersebut.
2.      Menyusun tugas-tugas yang dapat dilakukan bersama dengan orangtua secara fleksibel.
3.      Membantu guru mengembangkan program elibatan orang tua dalam berbagai aktifitas sekolah dan pembelajaran.
4.      Menginformasikan secara luas program sekolahdan membuka peluang bagi orang tua untuk melibatkan diri dalam program tersebut.
5.      Memberi penghargaan secara proporsional dan professional terhadap keterlibatan orang tua dalam berbagai program dalam kegiatan sekolah.
Mansyur dalam Benty dan Gunawan (2015:83) mengemukakan bahwa untuk dapat mendorong dan meyadarkan masyarakat agar dapat berpartisipasi terhadap sekolah,bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, akan tetapi menyita banyak pemikiran, banyak tenaga, dan banyak materi. Hal ini karena yang digerakkan adalah manusia, dan manusia adalah makhluk individu. Setiap individu memiliki karakteristik sifat yang unik, khas, dinamis (berubah-ubah), dan berbeda-beda. Sesuatu hal yang terpenting adalah bagaimana mencari formulasi yang tepat, dengan berbagai upaya, strategi, dan langkah-langkah konkret yang dapat menyentuh hati para partisipasi agar mau bergabung dengan lembaga partisipasi masyarakat yang dibentuk. Strategi untuk mendorong dan menyadarkan masyarakat agar dapat berpartisipasi terhadap pendidikan yaitu pendekatan bahasa agama dan ideologis dan pendekatan motivasi kebutuhan pemenuhan diri (self-fulfilment) atau pendekatan mutu.
Pendekatan bahasa, agama, dan ideologi, pendekatan agama ini digunakan untuk memberikan pemahaman, penyadaran, dan pentingnya partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Pendekatan agama dinilai lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan motivasi, selain itu pendekatan ini lebih mudah untuk mendorong masyarakat untuk lebih mudah berpartisipasi terhadap lembaga pendidikan. Pendekatan agama memiliki pandangan bahwa setiap orang akan rela berkorbang untuk partisipasi di lembaga pendidikan. Jika sekolah menerapkan pendekatan agama, maka sangat membutuhkan peran kepala sekolah tersebut, karena kepala sekolah (pemimpin) adalah lokus utama sebagai penggerak pendorong, dan penuntun disebuah lembaga pendidikan. Sehingga kepala sekolah harus dapat memainkan perannya dengan baik dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat bagi pengembangan sekolah.
Pendekatan motivasi kebutuhan pemenuhan diri (self-fulfilment) atau pendekatan mutu, digunakan untuk menggerakkan dan mendorong masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dan pemahaman yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Tidak ada satupun orang tua yang memilih memasukkan anaknya pada suatu lembaga apapun tanpa memperhatikan kualitas atau mutu dari sebuah sekolah. Semua orang tua memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai agent perubahan (the change of knowledge) dan ilmu pengetahuan sebagai kekuatan (the powe of knowledge) bagi anaknya, maka masalah biaya tidak menjadi persoalan yang sulit bagi orangtua. Biasana tipe masyarakat model ini, berpendapat bahwa anak adalah masa depan mereka yang tidak ada nilainya dibandingkan dengan materi lainnya. Sehingga mereka rela apabila diminta untuk mengeluarkan biaya sebesar apapun untuk pendidikan anak-anak mereka, asal sesuai dengan kualitas pendidikan yang diharapkan.
Dua pendekatan ini merupakan strategi yang tepat digunakan sekolah untuk membangun partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Tanpa strategi ini sekolah akan merasa kesulitan untuk membangun partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya di negara Indonesia. Pada aspek lain yang harus diketahui sekolah selain pendekatan agama dan pendekatan mutu adalah aspek kultur dan aspek motivasi. Setiap aktifitas yang dilakukan masyarakat sangat tergantung pada budaya yang ada di lingkungan sekitarnya, dan juga motivasi yang ada pada diri masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat mempunyai niat atau motivasi dalam diri mereka, secara sukarela mereka akan mau berpartisipasi dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian, sekolah akan mudah mendapatkan partisipasi masyarakat luas.
J.      Bentuk Pola dan Tahapan Kerja Mendorong Peran Serta Masyarakat
Sekolah untuk mendorong masyarakat agar berpartisipasi terhadap sekolah, disamping menggunakan pendekatan teori gerakan sosial, motivasi, dan konsep agama, seperti diuraikan di atas, pendekatan yang lain untuk mendorong partisipasi masyarakat luas terhadap sekolah adalah meletakkan orang-orang yang tepat pada posisi ketua komite sekolah dan kepala sekolah. Dua posisi ini memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya membangun dan mengelola lembaga pendidikan menjadi sekolah yang unggul dan kompetitif. Dengan demikian, untuk mendorong partisipasi masyarakat luas agar berpartisipasi terhadap sekolah, maka diperlukan bentuk dan pola kerja yang terukur, terarah, dan sistemik. Esensi pokok penerapan pelembagaan partisipasi masyarakat adalah bersama sekolah meningkatkan mutu pendidikan nasional (Benty dan Gunawan, 2015:84).
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu sesuatu yang terukur dan rasional. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati. Perencanaan dengan tanpa persiapan yang mantap akan mengakibatkan pelaksanaan tidak terarah, yang akan menghabiskan tenaga, biaya, dan waktu, oleh karena itu untuk mempersiapkan program sebaiknya berdasarkan hasil survei. Survei merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang dibutuhkan. Sekolah dalam membuat program yang baik, hendaknya mengadakan survei  tiap-tiap pokok masalah yang ada di dalam ruang lingkup survei  terhadap masyarakat (Benty dan Gunawan, 2015:84).

Program hubungan masyarakat yang sempurna meliputi  juga partisipasi guru dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang akan memberi dampak positif terhadap persepsi masyarakat terhadap sekolah. Sekolah adalah lembaga yang penting untuk menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bertanggung jawab atas pembangunan  bangsa. Seorang administrator dapat memperlihatkan data yang menyatakan bahwa pendidian di sekolah bukanlah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Orang tua murid dan masyarakat dan masyarakat diharapkan akan memberikan dukungan yang berarti kepada program sekolah, maka penyampaian informasi tentang sekolah (fakta, pikiran, perasaan, kebutuhan, sasaran) kepada mereka menjadi kewajiban penting dari setiap administrator sekolah (Benty dan Gunawan, 2015:84).
DAFTAR RUJUKAN
2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Benty, D. D. N., dan Gunawan, I. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Malang: Penerbit UM Press.
Nasution, Z. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar