Minggu, 10 Januari 2016

Makalah Evaluasi Pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris “ evaluation” yang berarti penilaian. Secara definitif, banyak ahli yang memberikan pengertian evaluasi. Menurut Thoha dalam Wiyono dan Sunarni (2009: 1) evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolah ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu obyek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi yang dilaksanakan dalam bidang pembelajaran. Dengan kata lain, evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menelaah atau menilai aspek-aspek dalam kegiatam pembelajaran, baik dari sisi konteks, input, proses maupun hasil-hasil pembelajaran (Wiyono dan Sunarni: 2009: 1). Kegiatan evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Evaluasi merupakan proses kegiatan menentukan “value” berdasarkan patokan-patokan tertentu. Patokan-patokan tersebut mengandung pengertian secara kualitatif, misalnya baik-tidak baik, tinggi-rendah, memenuhi kriteria-tidak memenuhi kriteria, dan sejenisnya. Hasil dari proses pengukuran merupakan dasar dalam mengadakan evaluasi. Dengan demikian, jelas terdapat kaitan yang sangat erat antara kegiatan pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan pengukuran (measurement) merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi (evaluation).
B.  Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan pengertian evaluasi, sebenarnya sudah terkandung tujuan evaluasi pembelajaran. Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatam belajar siswa. Disamping itu, juga untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan mengajar guru.
Menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 2), tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:
1.        Mengetahui kemajuan belajar siswa.
2.        Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.
3.        Mengetahui hasil belajar siswa.
4.        Mengadakan seleksi.
5.        Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa.
6.        Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa.
7.        Memberikan bantuan dalam pemilihan jurusan.
8.        Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa.
9.        Memberikan motivasi belajar.
10.    Mengetahui efektifitas mengajar guru.
11.    Mengetahui efisiensi mengajar guru.
12.    Memberikan balikan pada guru.
13.    Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat.
14.    Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran.
Sedangakan fungsi utama evaluasi pembelajaran menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 3) adalah untuk:
1.        Memperoleh informasi tentang hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran.
2.        Mengetahui relevansi program dengan tujuan yang hendak dicapai.
3.        Sebagai titik tolak untuk melakukan usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pembelajaran.
C. Sasaran Evaluasi Pembelajaran
            Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut (Arikunto, 2009: 20). Unsur-unsur sasaran penilaian meliputi:
a.    Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal, yaitu:
1)   Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2)    Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.
3)   Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa sekala, maka disebut skala sikap atau attitude scale.
4)   Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan. Selain itu ada lagi tes-tes lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahuai IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut. IQ bukanlan intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang.
b.    Transformasi
            Banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau onjek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penialaian antara lain:
1)   Kurikulum/materi
2)   Metode dan cara penilaian
3)   Sarana pendidikan/media
4)   Sistem administrasi
5)   Guru dan personal lainnya
c.    Output
            Penilaian terhadap lulusan satu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
            Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau instrospeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan.
D. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran
            Melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan pekerjaan yang cukup sulit. Agar kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, maka perlu mengacu pada prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang dalam melaksankan evaluasi pembelajaran.
            Menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 12) prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran adalah :
1.    Komprehensif
       Kegiatan evaluasi pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara komprehensif. Artinya, mencakup seluruh aspek pribadi siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ditinjau dari pelaksanaannya, kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus dilakukan secara menyeluruh, baik evaluasi, proses maupun hasil belajar siswa.
2.    Mengacu pada tujuan
       Pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga harus selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan merupakan kriteria utama yang menentukan arah kegiatan evaluasi. Sasaran kegiatan evaluasi adalah untuk melihat tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3.    Obyektif
Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus dilaksanakan secara obyektif. Artinya, evaluasi yang dilaksanakan memang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada.  
4.    Kooperatif
Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, juga harus bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan evaluasi. Pihak-pihak tersebut bisa guru, petugas bimbingan, orang tua, wali kelas, tenaga administrasi, kepala sekolah, atau bahkan siswa sendiri.
5.    Kontinyuitas
       Evaluasi pembelajaran juga harus dilaksanakan secara terus-menerus atau berkesinambungan selama proses pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran tidak hanya ditujukan pada hasil akhir yang dicapai, melainkan harus dilakukan sejak penyusunan rencana sampai tahap pelaporan akhir, bahkan sampai tindak lanjut.
6.    Praktis, ekonomis, mendidik
Disamping prinsip-prinsip tersebut, prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi adalah prinsip praktis, ekonomis dan bersifat mendidik. Evaluasi pembelajaran yang baik harus mudah dilaksanakan, rendah biaya, waktu dan tenaga, dan bisa mencapai tujuan secara optimal. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

E. Proses Evaluasi Pembelajaran
Menurut Ten Brink yang dikutip oleh Saleh dalam Wiyono dan Sunarni (2009: 14) Bila ditinjau dari proses kegiatan evaluasi, secara umum ada tiga tahap yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, yaitu:
1.      Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan evaluasi mencakup langkah perumusan tujuan evaluasi, penetapan aspek-aspek yang diukur, penetapan teknik atau metode pe ngumpulan data, penyiapan instrumen pengumpul data, dan penetapan waktu pelaksanaan.
2.      Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan evaluasi merupakan langkah merealisasi perencanaan evaluasi yang disusun. Langkah ini mencakup pelaksanaan pengumpulan data dan persifikasi data.
3.      Tahap pengolahan hasil
Tahap pengolahan hasil merupakan tahap akhir kegiatan evaluasi. Langkah ini meliputi kegiatan analisis dan interpretasi data, serta pembuatan laporan hasil evaluasi. Ketiga tahap evaluasi tersebut terintegrasi dalam proses kegiatan evaluasi pembelajaran.

F. Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Ada beberapa jenis evaluasi pembelajaran. Jenis evaluasi pembelajaran ini, bisa ditinjau dari beberapa sisi, antara lain, tujuan, sasaranan maupun tahap pelaksanaannya (Wiyono dan Sunarni, 2009: 8).
a.    Evaluasi Berdasarkan Tujuan
Ditinjau dan tujuannya, evaluasi dapat dibedakan atas lima jenis evaluasi yaitu evaluasi diagnostik (diagnostic), evaluasi selektif (selective), evaluasi penempatan (placement), evaluasi formatif (formative), dan evaluasi sumatif (sumative).
1.      Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. Hasil dari evaluasi diagnostik ini digunakan sebagai dasar untuk memberikan bantuan, baik pemberian layanan bimbingan, perbaikan, pengayaan, atau layanan bantuan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan peningkatan proses dan hasil belajar siswa.
2.      Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatankan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
3.      Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
4.      Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar. Hal ini bisa menyangkut proses belajar siswa maupun proses pengajaran guru.
5.      Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.
b.    Evaluasi Berdasarkan Sasaran
Bila ditinjau dari objek sasarannya, evaluasi dapat juga dibedakan atas beberapa jenis. Hal ini bisa mengacu pada komponen manajemen pembelajaran, yakni pada tahap
perencanaan atau desain pembelajaran, proses pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Jenis evaluasi dibedakan menjadi lima yaitu :
1.      Evaluasi konteks adalah evaluasi yang ditunjukkan untuk mengukur konteks program, baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan. Bila diterapkan dalam program pembelajaran, analisis tujuan pembelajaran dan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan program pembelajaran, termasuk lingkungan yang akan memberikan andil dalam proses pembelajaran. Informasi ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan  pembelajaran.  
2.      Evaluasi input adalah evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input, baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Bila diterapkan pada program pembelajaran, sasaran evaluasi ini bisa diarahkan pada karakteristik siswa, keadaan sumber-sumber bahan dan alat yang tersedia, atau program-program pendidikan yang dibutuhkan. Hasil evaluasi input digunakan sebagai dasar mengambil keputusan pada perencanaan dan pengorganisasian program pembelajaran.
3.      Evaluasi proses adalah evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya. Bila diorientasikan pada proses pembelajaran, sasaran evaluasi ini mengacu pada evaluasi proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Informasi yang diperoleh dari evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang ditetapkan.
4.      Evaluasi hasil atau produk diarahkan untuk melihat seberapa jauh hasil program yang dicapai sebgai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodofikasi, ditingkatkan atau dihentikan. Bila diarahkan pada pembelajaran, evaluasi hasil ditujukan untuk melihat ketercapai tujuan pembelajaran. Apakah program pembelajaran telah mencapai tujuan yang ditetapkan, pakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran itu semua merupakan sasaran utama evaluasi hasil. Sedangkan evaluasi out come adalah evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
5.      Evaluasi outcome evaluasi lebih lanjut setelah selesai program pendidikan. 

c.    Evaluasi Berdasarkan Scope Kegiatan Pembelajaran
Bila ditinjau dari ruang lingkup (scope) kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.      Evaluasi program pembelajaran, mencakup evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, evaluasi terhadap isi program pembelajaran, evaluasi terhadap strategi belajar mengajar dan aspek-aspek program pembelajaran lainnya.
2.      Evaluasi proses pembelajaran, mencakup evaluasi terhadap kesesuaian antara proses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang ditetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, perhatian, keaktifan, dan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa, komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi terhadap siswa , pemberian tugas terhadap siswa, dan upaya menanggulangi dampak negatif yang timbul akibat kegiatan pembelajaran di sekolah.
3.      Evaluasi hasil belajar, mencakup evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Tingkat penguasaan siswa ini bisa ditinjau dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
d.   Evaluasi Berdasarkan Obyek dan Subyek Evaluasi
Bila ditinjau dari objek evaluasi, dengan mengacu pada pendekatan sistem, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas :
1.         Evaluasi input, yakni evaluasi terhadap siswa, yang mencakup kemampuan, kepribadian, sikap atau keyakinan.
2.         Evaluasi tranformasi, yakni evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi dalam proses pembelajaran, antara lain materi, metode, sarana atau media, sistem administrasi, guru dan personel lainnya yang terlibat dalam proses.
3.         Evaluasi output, yakni evaluasi terhadap lulusan, yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
     Bila ditinjau dari subjek evaluasi, evaluasi dapat dibedakan atas:
1.         Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang dari dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru, atau petugas bimbingan atau penyuluhan.
2.         Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang dari luar sebagai evaluator, misalnya orang tua, masyarakat atau seorang ahli psikologi.
G. Teknik-Teknik Evaluasi Pembelajaran
                 Ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.
a.         Tenik nontes
Yang tergolong teknik nontes adalah
1.    Skala bertingkat (rating scale)
                        Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
2.    Kuesioner (questionair)
                        Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Maacam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain:
a)    Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
1)   Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2)   Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
b)   Ditinjau dari segi cara menjawab
1)   Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yan disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
2)   Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak  mungkin diberikan dengan cara memilih jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
3.   Daftar cocok (check list)
        Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan. Ada pendapat bahwa sebenarnya skala bertingakat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
4.   Wawancara (interview)
      Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a.       Interviu bebas, dinama responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b.      Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu  menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu
kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan responden.
5.   Pengamatan (observation)
      Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 2 macam observasi:
a.       Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
b.      Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut ketegorinya. Berbada dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistrematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c.       Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situsdi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
6.   Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
b.    Teknik tes
            Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat, menurut Indrakusuma dalam Arikunto (2009: 32).
Sedangkan menurut Arikunto (2009: 33) Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Ditinjau dari kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:
1.    Tes diagnostik
Tes diagnosik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelamahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik terbagi menjadi 4, yaitu:
a)        Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah mengetahui pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang dimaksudkan. Tes ini disebut juga tes prasarat atau pre-requisite test.
b)        Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
c)        Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar harus sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahiu bagian mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu harus dapat mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
d)       Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
2.    Tes formatif
               Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif dibrikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
               Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
Manfaat bagi siswa:
a)        Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b)        Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh nilai lebih baik lagi.
c)        Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasai. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
d)       Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.

Manfaat bagi guru:
          Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
a)        Mengetahui sampai sejuh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
b)        Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasarat bagi bagian pelajaran lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya.
c)        Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

Manfaat bagi program:
            Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui:
a)        Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)        Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasarat yang belum diperhitungkan.
c)        Apakah diperlukan alat, sarana, dab prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)       Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
3.    Tes sumatif
            Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya paemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester.
Manfaat tes sumatif:
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah:
a)        Untuk menentukan nilai. Apabila tes formatif terutama diguanakan untuk  memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak
diantara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini dipergunakan untuk menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lain.
b)        Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
c)        Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
1)   Orang tua siswa
2)   Pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah
3)   Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain,  akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja
4.    Perbandingan antara tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif
a.         Ditinjau dari fungsinya
1)   Tes diagnostik
a)    Menentukan apakah bahan prasarat telah dikuasai atau belum.
b)   Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.
c)    Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.
d)   Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menemtukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2)   Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3)   Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
b.        Ditinjau dari waktu
1)   Tes diagnostik
a)        Pada waktu penyaringan calon siswa
b)        Pada watu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.
c)        Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa.
2)   Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3)   Tes sumatif
Pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.
c.         Ditinjau dari berat penilaian
1)   Tes diagnostik
a)        Tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor.
b)        Faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
2)   Tes formatif
Menekankan pada tingkah laku kognitif.
3)   Tes sumatif
Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi (bukan sekadar ingatan atau hafalan saja).
d.        Ditinjau dari alat evaluasi
1)   Tes diagnostik
a)        Tes prestasi belajar yang sudah distandardisasikan.
b)        Tes diagnostik yang sudah distandardisasikan.
c)        Tes buatan guru.
d)       Pengamatan dan daftar cocok (check list).
2)   Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
3)   Tes sumatif
Tes ujian akhir.
e.         Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
1)   Tes diagnostik
a)        Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat.
b)        Memilih tujuan stiap program pelajaran secara berimbang.
c)        Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.
2)   Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
3)   Tes sumatif
Mungukur tujuan instruksional umum.
f.         Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
1)   Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2)   Tes formatif
Belum dapat ditentukan.
3)   Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
g.        Ditinjau dari skoring (cara menyekor)
1)   Tes diagnostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relatif (criterion referenced and normreferenced).
2)   Tes formatif
Menggunakan standar mutlak (criterion referenced).
3)   Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif (norm referenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion referenced).
h.        Ditinjau dari tingkat pencapaian
        Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam setiap tes. Tingkat pencapaian ini tidaklah sama. Tinggi rendahnya tuntutan terhadap tingkat pencapaian tergantung dari fungsi dan tujuan masing-masing tes.
1)   Tes diagnostik
       Berhubung ada bermacam-macam tes diagnostik maka tingkat pencapaian yang dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi
tentang keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes diagnostik.
Tes prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah untuk mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi bagi pengetahuan berikutnya. Untuk ini maka tingkat penguasaannya dituntut 100%.
2)   Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.
3)   Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Namun demikian tidak berarti bahwa tes sumatif tidak penting. Perlu diingat bahwa tes sumatif ini dilaksanakan pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan. Secara terpisah, tidak ditentukan tingkat pencapaiannya tetapi secara keseluruhan akan dikenakan suatu norma tertentu yaitu norma kenaikan kelas atau norma kelulusan.
i.          Ditinjau dari cara pencatatan hasil
1)   Tes diagnostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil.
2)   Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai sesuatu tugas.
3)   Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.
             

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiyono & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negara Malang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar