BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Secara
harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris “ evaluation” yang berarti penilaian. Secara definitif, banyak ahli
yang memberikan pengertian evaluasi. Menurut Thoha dalam Wiyono dan Sunarni
(2009: 1) evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolah ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi
utama evaluasi adalah menelaah suatu obyek atau keadaan untuk mendapatkan
informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Evaluasi
pembelajaran merupakan evaluasi yang dilaksanakan dalam bidang pembelajaran.
Dengan kata lain, evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan
menelaah atau menilai aspek-aspek dalam kegiatam pembelajaran, baik dari sisi
konteks, input, proses maupun hasil-hasil pembelajaran (Wiyono dan Sunarni:
2009: 1). Kegiatan evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.
Evaluasi merupakan proses kegiatan menentukan “value” berdasarkan patokan-patokan tertentu. Patokan-patokan
tersebut mengandung pengertian secara kualitatif, misalnya baik-tidak baik,
tinggi-rendah, memenuhi kriteria-tidak memenuhi kriteria, dan sejenisnya. Hasil
dari proses pengukuran merupakan dasar dalam mengadakan evaluasi. Dengan
demikian, jelas terdapat kaitan yang sangat erat antara kegiatan pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan pengukuran (measurement) merupakan dasar dalam
kegiatan evaluasi (evaluation).
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Pembelajaran
Berdasarkan
pengertian evaluasi, sebenarnya sudah terkandung tujuan evaluasi pembelajaran.
Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang
dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf
pencapaian kegiatam belajar siswa. Disamping itu, juga untuk mengetahui tingkat
efisiensi dan efektifitas kegiatan mengajar guru.
Menurut
Wiyono dan Sunarni (2009: 2), tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:
1.
Mengetahui kemajuan belajar siswa.
2.
Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.
3.
Mengetahui hasil belajar siswa.
4.
Mengadakan seleksi.
5.
Mengetahui kelemahan atau kesulitan
belajar siswa.
6.
Memberi bantuan dalam pengelompokan
siswa.
7.
Memberikan bantuan dalam pemilihan
jurusan.
8.
Memberikan bantuan dalam kegiatan
belajar siswa.
9.
Memberikan motivasi belajar.
10. Mengetahui
efektifitas mengajar guru.
11. Mengetahui
efisiensi mengajar guru.
12. Memberikan
balikan pada guru.
13. Memberikan
bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat.
14. Memberikan
data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran.
Sedangakan
fungsi utama evaluasi pembelajaran menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 3) adalah
untuk:
1.
Memperoleh informasi tentang hasil yang
dicapai dalam proses pembelajaran.
2.
Mengetahui relevansi program dengan
tujuan yang hendak dicapai.
3.
Sebagai titik tolak untuk melakukan
usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pembelajaran.
C.
Sasaran Evaluasi Pembelajaran
Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang
menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang
sesuatu tersebut (Arikunto, 2009: 20). Unsur-unsur sasaran penilaian meliputi:
a. Input
Calon
siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang
menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal, yaitu:
1) Kemampuan
Untuk dapat mengikuti
program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki
kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini
disebut tes kemampuan atau attitude test.
2)
Kepribadian
Kepribadian adalah
sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah
laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan.
Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.
3)
Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini
merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran
kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang
paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang
menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap
seseorang dinamakan tes sikap atau attitude
test. Oleh karena tes ini berupa sekala, maka disebut skala sikap atau attitude scale.
4)
Intelegensi
Untuk mengetahui
tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan
oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan. Selain itu ada
lagi tes-tes lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan
diketahuai IQ (Intelligence Quotient)
orang tersebut. IQ bukanlan intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena
IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi
seseorang.
b. Transformasi
Banyak unsur yang terdapat dalam
transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau onjek penilaian demi
diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi
yang menjadi objek penialaian antara lain:
1)
Kurikulum/materi
2)
Metode dan cara penilaian
3)
Sarana pendidikan/media
4)
Sistem administrasi
5)
Guru dan personal lainnya
c. Output
Penilaian terhadap lulusan satu
sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau
prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk
mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
Kecenderungan yang ada sampai saat
ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif
atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi
afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni
bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan
pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini,
jika kita mau instrospeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan.
D. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Pembelajaran
Melaksanakan
evaluasi pembelajaran merupakan pekerjaan yang cukup sulit. Agar kegiatan
evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, maka perlu mengacu
pada prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang dalam melaksankan evaluasi
pembelajaran.
Menurut Wiyono dan Sunarni (2009:
12) prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran adalah :
1. Komprehensif
Kegiatan evaluasi pembelajaran hendaknya
dilaksanakan secara komprehensif. Artinya, mencakup seluruh aspek pribadi
siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ditinjau dari pelaksanaannya,
kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus dilakukan secara menyeluruh, baik
evaluasi, proses maupun hasil belajar siswa.
2.
Mengacu pada tujuan
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga harus selalu mengacu
pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan merupakan kriteria utama yang
menentukan arah kegiatan evaluasi. Sasaran kegiatan evaluasi adalah untuk
melihat tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3. Obyektif
Kegiatan evaluasi pembelajaran juga
harus dilaksanakan secara obyektif. Artinya, evaluasi yang dilaksanakan memang
benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada.
4. Kooperatif
Dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran, juga harus bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan evaluasi. Pihak-pihak tersebut bisa guru, petugas bimbingan, orang
tua, wali kelas, tenaga administrasi, kepala sekolah, atau bahkan siswa
sendiri.
5. Kontinyuitas
Evaluasi
pembelajaran juga harus dilaksanakan secara terus-menerus atau berkesinambungan
selama proses pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran tidak hanya
ditujukan pada hasil akhir yang dicapai, melainkan harus dilakukan sejak
penyusunan rencana sampai tahap pelaporan akhir, bahkan sampai tindak lanjut.
6. Praktis,
ekonomis, mendidik
Disamping prinsip-prinsip tersebut,
prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi adalah prinsip
praktis, ekonomis dan bersifat mendidik. Evaluasi pembelajaran yang baik harus
mudah dilaksanakan, rendah biaya, waktu dan tenaga, dan bisa mencapai tujuan
secara optimal. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus bisa memberikan
motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.
E.
Proses Evaluasi Pembelajaran
Menurut Ten Brink yang dikutip oleh
Saleh dalam Wiyono dan Sunarni (2009: 14) Bila ditinjau dari proses kegiatan
evaluasi, secara umum ada tiga tahap yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran, yaitu:
1. Tahap
perencanaan
Tahap pelaksanaan
evaluasi mencakup langkah perumusan tujuan evaluasi, penetapan aspek-aspek yang
diukur, penetapan teknik atau metode pe ngumpulan data, penyiapan instrumen
pengumpul data, dan penetapan waktu pelaksanaan.
2. Tahap
pelaksanaan
Tahap pelaksanaan
evaluasi merupakan langkah merealisasi perencanaan evaluasi yang disusun.
Langkah ini mencakup pelaksanaan pengumpulan data dan persifikasi data.
3. Tahap
pengolahan hasil
Tahap pengolahan hasil
merupakan tahap akhir kegiatan evaluasi. Langkah ini meliputi kegiatan analisis
dan interpretasi data, serta pembuatan laporan hasil evaluasi. Ketiga tahap
evaluasi tersebut terintegrasi dalam proses kegiatan evaluasi pembelajaran.
F.
Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Ada
beberapa jenis evaluasi pembelajaran. Jenis evaluasi pembelajaran ini, bisa
ditinjau dari beberapa sisi, antara lain, tujuan, sasaranan maupun tahap
pelaksanaannya (Wiyono dan Sunarni, 2009: 8).
a. Evaluasi
Berdasarkan Tujuan
Ditinjau dan tujuannya, evaluasi
dapat dibedakan atas lima jenis evaluasi yaitu evaluasi diagnostik (diagnostic), evaluasi selektif (selective), evaluasi penempatan (placement), evaluasi formatif (formative), dan evaluasi sumatif (sumative).
1. Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan
siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. Hasil dari evaluasi diagnostik ini
digunakan sebagai dasar untuk memberikan bantuan, baik pemberian layanan
bimbingan, perbaikan, pengayaan, atau layanan bantuan lainnya yang sesuai
dengan kebutuhan peningkatan proses dan hasil belajar siswa.
2. Evaluasi
penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatankan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
3. Evaluasi
selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat
sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
4. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar mengajar. Hal ini bisa menyangkut proses belajar siswa maupun
proses pengajaran guru.
5. Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
belajar siswa.
b. Evaluasi
Berdasarkan Sasaran
Bila ditinjau dari objek
sasarannya, evaluasi dapat juga dibedakan atas beberapa jenis. Hal ini bisa
mengacu pada komponen manajemen pembelajaran, yakni pada tahap
perencanaan atau desain pembelajaran, proses
pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Jenis evaluasi
dibedakan menjadi lima yaitu :
1. Evaluasi
konteks adalah evaluasi yang ditunjukkan untuk mengukur konteks program, baik
mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan. Bila diterapkan dalam program pembelajaran,
analisis tujuan pembelajaran dan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
program pembelajaran, termasuk lingkungan yang akan memberikan andil dalam
proses pembelajaran. Informasi ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan pembelajaran.
2. Evaluasi
input adalah evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input, baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Bila diterapkan pada
program pembelajaran, sasaran evaluasi ini bisa diarahkan pada karakteristik
siswa, keadaan sumber-sumber bahan dan alat yang tersedia, atau program-program
pendidikan yang dibutuhkan. Hasil evaluasi input digunakan sebagai dasar
mengambil keputusan pada perencanaan dan pengorganisasian program pembelajaran.
3. Evaluasi
proses adalah evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik
mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya. Bila
diorientasikan pada proses pembelajaran, sasaran evaluasi ini mengacu pada
evaluasi proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Informasi yang
diperoleh dari evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan
dalam memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang ditetapkan.
4. Evaluasi
hasil atau produk diarahkan untuk melihat seberapa jauh hasil program yang
dicapai sebgai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki,
dimodofikasi, ditingkatkan atau dihentikan. Bila diarahkan pada pembelajaran,
evaluasi hasil ditujukan untuk melihat ketercapai tujuan pembelajaran. Apakah
program pembelajaran telah mencapai tujuan yang ditetapkan, pakah siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran itu semua merupakan sasaran utama evaluasi hasil.
Sedangkan evaluasi out come adalah
evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
5. Evaluasi
outcome evaluasi lebih lanjut setelah
selesai program pendidikan.
c. Evaluasi
Berdasarkan Scope Kegiatan
Pembelajaran
Bila ditinjau dari ruang lingkup (scope) kegiatan pembelajaran, evaluasi
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Evaluasi
program pembelajaran, mencakup evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, evaluasi
terhadap isi program pembelajaran, evaluasi terhadap strategi belajar mengajar
dan aspek-aspek program pembelajaran lainnya.
2. Evaluasi
proses pembelajaran, mencakup evaluasi terhadap kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang ditetapkan,
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, perhatian, keaktifan, dan partisipasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap
siswa, komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
pemberian motivasi terhadap siswa , pemberian tugas terhadap siswa, dan upaya
menanggulangi dampak negatif yang timbul akibat kegiatan pembelajaran di
sekolah.
3. Evaluasi
hasil belajar, mencakup evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Tingkat penguasaan siswa ini bisa ditinjau dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor.
d. Evaluasi
Berdasarkan Obyek dan Subyek Evaluasi
Bila ditinjau dari objek evaluasi,
dengan mengacu pada pendekatan sistem, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan
atas :
1.
Evaluasi input, yakni evaluasi terhadap
siswa, yang mencakup kemampuan, kepribadian, sikap atau keyakinan.
2.
Evaluasi tranformasi, yakni evaluasi terhadap
unsur-unsur transformasi dalam proses pembelajaran, antara lain materi, metode,
sarana atau media, sistem administrasi, guru dan personel lainnya yang terlibat
dalam proses.
3.
Evaluasi output, yakni evaluasi terhadap
lulusan, yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Bila ditinjau dari subjek evaluasi,
evaluasi dapat dibedakan atas:
1.
Evaluasi internal adalah evaluasi yang
dilakukan oleh orang dari dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru, atau
petugas bimbingan atau penyuluhan.
2.
Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang
dilakukan oleh orang dari luar sebagai evaluator, misalnya orang tua,
masyarakat atau seorang ahli psikologi.
G. Teknik-Teknik Evaluasi
Pembelajaran
Ada
dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.
a.
Tenik nontes
Yang tergolong teknik
nontes adalah
1.
Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang
berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Kita dapat menilai hampir
segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif
maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang
disajikan dalam bentuk skala.
2.
Kuesioner (questionair)
Kuesioner
(questionair) juga sering dikenal
sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang
dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap
atau pendapatnya, dan lain-lain. Maacam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa
segi, antara lain:
a)
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
1)
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan
langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang
akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2)
Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung
adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta
keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari
informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
b)
Ditinjau dari segi cara menjawab
1)
Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yan disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap
sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
2)
Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka
adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam.
Keterangan tentang alamat pengisi, tidak
mungkin diberikan dengan cara memilih jawaban yang disediakan. Kuesioner
terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
3.
Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya
singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda
cocok (√) di tempat yang sudah disediakan. Ada pendapat bahwa sebenarnya skala
bertingakat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala
bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan
yang tepat.
4.
Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview)
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a.
Interviu bebas, dinama responden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b.
Interviu terpimpin, yaitu interviu yang
dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada
waktu menjawab pertanyaan tinggal
memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu
kadang-kadang bersifat
sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah
daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda
cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan responden.
5.
Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik
yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis.
Ada 2 macam observasi:
a.
Observasi partisipan, yaitu observasi
yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan
mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan
dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok,
bukan hanya pura-pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan
seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
b.
Observasi sistematik, yaitu observasi
dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah
diatur menurut ketegorinya. Berbada dengan observasi partisipan, maka dalam
observasi sistrematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian
maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c.
Observasi eksperimental, terjadi jika
pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat
mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situsdi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
6.
Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
b.
Teknik tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat, menurut
Indrakusuma dalam Arikunto (2009: 32).
Sedangkan menurut
Arikunto (2009: 33) Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika
dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena
penuh dengan batasan-batasan. Tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur
siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Ditinjau dari
kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:
1.
Tes diagnostik
Tes diagnosik adalah
tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan kelemahan-kelamahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan
yang tepat. Tes diagnostik terbagi menjadi 4, yaitu:
a)
Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap
calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah
mengetahui pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di
sekolah yang dimaksudkan. Tes ini disebut juga tes prasarat atau pre-requisite test.
b)
Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap
calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon
siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk
pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik
akan disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran
anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya informasi.
Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes diagnostik.
Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
c)
Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap
siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang
diberikan guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar harus
sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahiu bagian mana dari bahan
yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu harus dapat mengadakan
deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan atas hasil
mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
d)
Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu
siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
2.
Tes formatif
Dari arti kata form
yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu
program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga
dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau
tes formatif dibrikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa,
guru, maupun program itu sendiri.
Manfaat
bagi siswa:
a)
Digunakan untuk mengetahui apakah siswa
sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b)
Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan
mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai
dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru,
dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan
pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan
bertambah membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu
pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat
mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh nilai lebih baik lagi.
c)
Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti
siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasai.
Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
d)
Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang
sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan,
atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat
mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.
Manfaat
bagi guru:
Dengan telah mengetahui hasil tes
formatif yang diadakan, maka guru:
a)
Mengetahui sampai sejuh mana bahan yang
diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah
guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat
menggunakan cara (strategi) yang lama.
b)
Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan
pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai
kebetulan merupakan bahan prasarat bagi bagian pelajaran lain, maka bagian itu
harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk
memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran
pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat
menguasainya.
c)
Dapat meramalkan sukses dan tidaknya
seluruh program yang akan diberikan.
Manfaat
bagi program:
Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari
hasil tersebut dapat diketahui:
a)
Apakah program yang telah diberikan
merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)
Apakah program tersebut membutuhkan
pengetahuan-pengetahuan prasarat yang belum diperhitungkan.
c)
Apakah diperlukan alat, sarana, dab
prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)
Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi
yang digunakan sudah tepat.
3.
Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah
berakhirnya paemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian,
sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester.
Manfaat tes sumatif:
Ada beberapa manfaat
tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah:
a)
Untuk menentukan nilai. Apabila tes
formatif terutama diguanakan untuk memberikan
informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan
nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak
diantara teman-temannya
(grading), maka nilai dari tes
sumatif ini dipergunakan untuk menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai
ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lain.
b)
Untuk menentukan seorang anak dapat atau
tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam
kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
c)
Untuk mengisi catatan kemajuan belajar
siswa yang akan berguna bagi:
1)
Orang tua siswa
2)
Pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah
3)
Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut
akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan
belajar atau akan memasuki lapangan kerja
4.
Perbandingan antara tes diagnostik, tes
formatif, dan tes sumatif
a.
Ditinjau dari fungsinya
1) Tes
diagnostik
a)
Menentukan apakah bahan prasarat telah
dikuasai atau belum.
b)
Menentukan tingkat penguasaan siswa
terhadap bahan yang dipelajari.
c)
Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa
berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.
d)
Menentukan kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami untuk menemtukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan
bimbingan.
2)
Tes formatif
Sebagai umpan balik
bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3)
Tes sumatif
Untuk memberikan tanda
kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi
kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
b.
Ditinjau dari waktu
1)
Tes diagnostik
a)
Pada waktu penyaringan calon siswa
b)
Pada watu membagi kelas atau permulaan
memberikan pelajaran.
c)
Selama pelajaran berlangsung bila guru
akan memberikan bantuan kepada siswa.
2)
Tes formatif
Selama pelajaran
berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung
sebaik-baiknya.
3)
Tes sumatif
Pada
akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.
c.
Ditinjau dari berat penilaian
1)
Tes diagnostik
a)
Tingkah laku kognitif, afektif,
psikomotor.
b)
Faktor-faktor fisik, psikologis, dan
lingkungan.
2)
Tes formatif
Menekankan
pada tingkah laku kognitif.
3)
Tes sumatif
Pada umumnya menekankan
pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan
kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku
kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi (bukan sekadar ingatan
atau hafalan saja).
d.
Ditinjau dari alat evaluasi
1)
Tes diagnostik
a)
Tes prestasi belajar yang sudah
distandardisasikan.
b)
Tes diagnostik yang sudah
distandardisasikan.
c)
Tes buatan guru.
d)
Pengamatan dan daftar cocok (check list).
2)
Tes formatif
Tes
prestasi belajar yang tersusun secara baik.
3)
Tes sumatif
Tes
ujian akhir.
e.
Ditinjau dari cara memilih tujuan yang
dievaluasi
1)
Tes diagnostik
a)
Memilih tiap-tiap keterampilan
prasyarat.
b)
Memilih tujuan stiap program pelajaran
secara berimbang.
c)
Memilih yang berhubungan dengan tingkah
laku fisik, mental, dan perasaan.
2)
Tes formatif
Mengukur
semua tujuan instruksional khusus.
3)
Tes sumatif
Mungukur
tujuan instruksional umum.
f.
Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
1)
Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik
mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat
kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2)
Tes formatif
Belum
dapat ditentukan.
3)
Tes sumatif
Rata-rata mempunyai
tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa
soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
g.
Ditinjau dari skoring (cara menyekor)
1)
Tes diagnostik
Menggunakan standar
mutlak dan standar relatif (criterion
referenced and normreferenced).
2)
Tes formatif
Menggunakan
standar mutlak (criterion referenced).
3)
Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan
standar relatif (norm referenced),
tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion
referenced).
h.
Ditinjau dari tingkat pencapaian
Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang
harus dicapai siswa dalam setiap tes. Tingkat pencapaian ini tidaklah sama.
Tinggi rendahnya tuntutan terhadap tingkat pencapaian tergantung dari fungsi
dan tujuan masing-masing tes.
1)
Tes diagnostik
Berhubung ada bermacam-macam tes
diagnostik maka tingkat pencapaian yang dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik
yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa
merupakan informasi
tentang
keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes
diagnostik.
Tes
prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah untuk
mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan
studi bagi pengetahuan berikutnya. Untuk ini maka tingkat penguasaannya
dituntut 100%.
2)
Tes formatif
Ditinjau
dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional
khusus.
3)
Tes sumatif
Sesuai
dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka
telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu
tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Namun demikian tidak
berarti bahwa tes sumatif tidak penting. Perlu diingat bahwa tes sumatif ini
dilaksanakan pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk menentukan
kenaikan kelas atau kelulusan. Secara terpisah, tidak ditentukan tingkat
pencapaiannya tetapi secara keseluruhan akan dikenakan suatu norma tertentu
yaitu norma kenaikan kelas atau norma kelulusan.
i.
Ditinjau dari cara pencatatan hasil
1)
Tes diagnostik
Dicatat
dan dilaporkan dalam bentuk profil.
2)
Tes formatif
Prestasi tiap siswa
dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai sesuatu tugas.
3)
Tes sumatif
Keseluruhan
skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.
DAFTAR
RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiyono
& Sunarni. 2009. Evaluasi Program
Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negara Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar