BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Wuriyanto
dalam Benty dan Gunawan
(2015:74) mengatakan peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan dan
keikutsertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan.
Lembaga pendidikan pada masa sekarang dalam membuat perencanaan, pelaksanaan,
dan monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang
dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa yang akan datang,
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Hal ini yang
melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.
Surbobroto
dalam Benty dan Gunawan (2015:74)
mengemukakan hubungan sekolah dengan masyarakat diartikan sebagai public relation,
yaitu hubungan timbal balik sekolah dengan warga masyarakat.
Masyarakat
memiliki potensi-potensi yang dapat didayagunakan dalam mendukung
program-program sekolah (Benty
dan Gunawan, 2015:73).
Untuk itu agar sekolah dapat tumbuh dan berkembang, maka program sekolah harus
sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Disatu sisi sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program
yang relevan, dan memerlukan dukungan dalam menjalankan program-program
tersebut. Hal ini berarti bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai suatu
kedekatan hubungan. Hubungan tersebut harus selalu dijaga dan dibina secara harmonis.
B. Komponen-Komponen Peran Serta
Masyarakat
Wurianto
dalam Benty dan Gunawan (2015:74) menyatakan
yang termasuk komponen-komponen masyarakat adalah tokoh masyarakat, tokoh
agama, dunia usaha dan dunia industri, dan lembaga sosial budaya. Tokoh masyarakat yaitu
para orang tua siswa atau anggota masyarakat lain yang peduli terhadap
pendidikan,
mereka berasal dari berbagai kelompok golongan, pekerjaaan dan profesi. Tokoh
agama seperti paraulama, ustadz, pendeta, dan rohaniwan lainnya. DUDI seperti
para pemilik usaha toko,
pabrik, dealer kendaraan bermotor dan wiraswasta yang berada di lingkungan
sekolah. Lembaga sosial
budaya seperti organisasi profesi, organisasi sosial, para pemuka adat, rukun
tetangga, rukun warga, bahkan organisasi budaya.
Peran
serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan :
1. Pengambilan
keputusan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian
Peran
serta dalam mengambil keputusan misalnya ketika sekolah mengundang rapat besama
Komite Sekolah untuk membahas perkembangan sekolah, maka masyarakat yang dalam hal ini
ialah orang tua, anggota komite sekolah, atau wakil dari dunia bisnis dan
industri secara bersama-sama memberikan sumbangan saran dan berakhir dengan
pengambilan
keputusan.
Berdasarkan
keputusan yang telah disepakati, maka keputusan tersebut tentunya akan
dilaksanakan ddalam menunjang pencapaian mutu pendidikan. Dengan demikian masyarakat yang
mendukung program sekolah hasil kesepakatan telah berperan serta dalam
pelaksanaan. Demikian pula dalam perjalanan program, tentunya perlu kontrol dan upaya-upaya untuk
memperbaiki. Hal itu merupakan contoh peran serta masyarakat dalam
mengevaluasi.
C. Bentuk-Bentuk Peran Serta Orang Tua
Peserta Didik dengan
Masyarakat
Undang-undang
Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan sebagai berikut:
1.
Pasal 7 ayat 1: Orang tua berhak
berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya.
2.
Pasal 7 ayat 2: Orang tua dari anak usia
wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Dari undang-undang tersebut,
sudah dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap
dunia persekolahan anaknya. Unsur penting partisipasi orang tua
adalah tanggung jawab, baik tanggung jawab keluarga maupun sekolah. Ditinjau
dari variasi tanggung jawab ini dapatlah dikembangkan kerangka kerja teoritis
partisipasi orang tua sebagai kontinum mulai dari paling tinggi tanggung jawab
sekolah (sehingga rendah tanggung jawab orang tua) sampai yang setara tanggung
jawab kedua belah pihak. Menurut Ellio dan Swap dalam Benty dan Gunawan (2015:75) ada 4 model
pertisipasi orang tua yaitu :
1. Protective
atau separate responsibilities
Mengasumsi
bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung jawab anak yang saling terpisah satu dengan yang
lain, maka dari itu akan menjadi efektif dan efisian jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target dan kegiatan masing-masing
secara saling lepas.
2. School to home transmission
atau sequential responsibilities
Mengansumsi
bahwa keberhasilan anak didukung
secara berkelanjutan oleh harapan dan nilai-nilai antara keluarga dan sekolah.
3.
Curriculum
enrichment
Berasumsi
bahwa interaksi antara keluarga dan personel sekolah dapat mendukung kurikulum dan tujuan pendidikan. Tiap pihak
mempunyai keahlian khusus berkaitan dengan kurikulum atau proses belajar
mengajar dan pengajaran.
4. Partnership atau
school responsibilities
Menekankan
koordinasi dan kerjasama sekolah dan keluarga untuk mengembangkan komunikasi
dan kolaborasi. Asumsinya sekolah dan keluarga lebih efektif jika informasi,
nasihat, dan pengalaman dibagi secara berkelanjutan diantara semua warga
sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Orang
tua dapat berpartisipasi dalam menyediakan dana, sarana, dan prasarana sekolah
sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah disusun bersama,
serta membina anak-anak terutama dalam pendidikan moral agar anak tercegah dari
sifat dan perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan. Orang tua yang
memiliki pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus dapat berpartisipasi
dalam membantu sekolah seperti pada bidang proses pembelajaran, pengelolaan
persekolahan, dan pengelolaan keuangan sekolah. Intinya orang tua akan membantu
sekolah jika pihak sekolah mampu berkomunikasi dengan baik. Apabila sekolah
bersikap transparan, terutama dalam hal keuangan dan orang tua akan
diikutsertakan dalam pembicaraan rencana sekolah, maka sudah semestinya orang
tua merasa ikut memilih sekolah. Penjalinan hubungan sekolah dengan orang tua
peserta didik dapat dilakukan melalui komite sekolah, pertemuan yang
direncanakan atau saat penerimaan raport, sumber informasi sekolah dan sumber
belajar bagi anak, serta secara bersama-sama memecahkan masalah (Benty dan Gunawan, 2015: 75).
Mengingatkan
salah satu kunci
sukses menajemen dalam menggalang partisipasi orang tua adalah menjalin hubungan harmonis, maka sekolah perlu
memprogramkan beberapa hal yakni :
1. Melibatkan
orang tua secara professional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan dan
program sekolah.
2. Menjalin
komunikasi secara intensif .
3. Mengadakan
pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua dalam
pembinaan pribadi siswa.
4. Melibatkan
orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan.
5. Melibatkan
orang tua dalam mengambil berbagai keputusan agar mereka bertanggung jawab
untuk melaksanakan.
6. Mendorong
guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang
keberhasilan belajar peserta didik (Benty dan Gunawan, 2015: 76).
Masyarakat
harus mempunyai pertisipasi aktif dalam penyelenggarakan pendidikan. Adapun
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat secara umum menurut Slemet dan Kriswandani
dalam Benty dan Gunawan (2015:76)
dapat berupa :
1. Fasilitas
yang bersifat fisik
Seperti
tempat dan perlengkapan belajar di kelas, alat-alat pengajaran, buku-buku
pelajaran, dan perlengkapan berbagai praktikan, atau perlengkapan keterampilan.
2. Fasilitas
yang bersifat non fisik
Seperti
waktu, kesempatan biaya, dan berbagai aturan serta kebijakan pemimpin sekolah.
Benty dan Gunawan (2015:76)
menyatakan mengenai Peraturan Pemerintah
Nomor
39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional pasal 4, peran serta atau partisipasi
masyarakat dapat berbentuk :
1. Pendirian
atau penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah, pada semua jenis ini pendidikan kecuali pendidikan
kedinasan dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
2. Pengadaan
dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan pengajaran, pembimbingan datan pelatihan peserta didik.
3. Pengadaan
dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar dan atau penelitian dan pengembangan.
4. Pengadaan
dan penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan atau
diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
5. Pengadaan
dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis
6. Pengadaan
dan pemberian bantuan ruang, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar.
7. Pengadaan
dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
8. Pemberian
kesempatan untuk magang dan pelatihan kerja.
9. Pemberian
bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan
pendidikan nasional.
10. Pemberian
bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
11. Pemberian
bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
12. Keikutsertaan
dalam program pendidikan atau penelitian yang diselenggarakan oleh pemerintah
di dalam atau di luar negeri.
D.
Peranan
Orang Tua Peserta Didik dan
Masyarakat dalam
Program Kerja Humas
Menurut
Harjaningrum dalam Benty dan
Gunawan (2015:77)
mengemukakan peranan serta orang tua di
lembaga pendidikan yaitu suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak
telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya.
Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan, yaitu orang
tua sebagai pengajar dan orang tua sebagai relawan orang tua sebagai pembuat
keputusan, dan orang tua sebagai sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua.
Orang tua dalam peran-peran tersebut memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan
anak-anak mereka. Orang tua dengan menjadi advokad yang tangguh bagi anak maka
secara tidak langsung orang tua sudah berperan aktif secara global. Mengapa demikian?
hal ini karena orang tua sudah ikut membantu meredam dengan kekritisan anaknya
dalam memilih informasi-informasi dan hal-hal baru di luar khususnya yang
berhubungan dengan tumbuh kembang anak.
Benty dan Gunawan (2015:77)
menyatakan mengenai Peraturan pemerintah nomor 39 tahun 1992
tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional yang di dalamnya
memuat bahwasanya pendidikan merupakan tanggug jawab bersama antara
pemerintah,masyarakat, dan keluarga, menyatakan :
1. Peran
serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
2. Masyarakat
dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil pendidikan.
Sehingga peran serta masyarakat sangatlah
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, dengan memberikan kontribusi baik
gagasan/ide-ide, bantuan tenaga, materi yang memungkinkan peran pemerintah
adanya keterbatasan tertentu,menyumbangkan keahlian/kreatifitas-kreatifitas
tertentu, peran masyarakat juga sangat penting dalam tercapainya suatu bentuk
visi dan misi sekolah. Tetapi sekolah juga harus menyadari masih banyak yang
begitu agar mengerjakan
memahami bahwasanya peran masyarakat itu sangat penting bagi peningkatan mutu
pendidikan, sebagian besar hanya berfikir bahwa ruang lingkup suatu pendidikan
hanya sebatas hubungan guru, pemerintah, dan orang-orang yang tergolong dalam
anggota sekolah saja. Padahal semua itu sudah tertera dalam undang-undang
tetapi semua itu juga bukan sepenuhnya kesalahan masyarakat yang kurang
memahami tapi juga pihak sekolah sendiri kurang adanya transparasi atau kurang
menjalin humas dengan baik
(Benty dan Gunawan, 2015:78).
Contoh
konkret peran masyarakat menurut Purnamasari dalam Benty dan Gunawan (2015:78) adalah dengan
memberikan bantuan tenaga mengerjakan renovasi suatu bangunan atau fasilitas
yang diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan, bergotong-royong untuk saling memperbaiki dan
ada pula berupa kontribusi dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana, karena
ini juga berkaitan dengan nama baik lingkungannya dan biasanya maksudnya adalah
kebanyakan orang-orang melihat suatu bentuk bangunan untuk mengetahui
kepribadian lingkungan setempat, apalagi berupa kebutuhan masyarakat yang
sangat penting biasanya dilihat dari bangunan sekolah, tempat peribadatan, dan
tempat-tempat penting lainnya. Ada pula peran masyarakat memberikan edukasi khusus untuk kreatifitas para
peserta didik sesuai dengan kreatifitas yang dihasilkan lingkungan setempat
ataupun kreatifitas lainnya yang dimiliki oleh masyarakat.
Benty dan Gunawan (2015:78)
menyatakan orang tua adalah salah satu mitra sekolah dimana
peranan orang tua adalah mempercayakan anaknnya untuk lebih baik dan menjadi pribadi
yang mampu membawa perubahan positif, baik di dalam lingkungan sekolah maupun
di luar sekolah,
disini pula pihak orang tua mendistribusikan dana untuk keberlangsungan suatu
pendidikan anaknya supaya dalam proses pendidikannya berjalan dengan baik dan
mampu menghasilkan anak-anak yang berkualitas, dan hubungan orang tua dalam
perencanaan pengembangan sekolah dapat ditempuh dengan banyak cara seperti
orang tua dapat datang ke sekolah tanpa atau dengan undangan sekolah yang
mengundang, dan sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk
bersama-sama menampung berbagai permasalahan yang dihadapi dan dari jumlah
permasalahan tersebut dipilih sejumlah permasalahan paling penting yang akan
dipecahkan, serta dalam memecahkan masalah, harus memperhitungkan pula kemungkinan tersediannya
sumber dana, tenaga, sarana dll, serta kesempatan untuk mengatasi masalah
tersebut sehingga setelah orang tua membahas dan memberikan masukan untuk
peningkatan mutu sekolah, hasil dari pertemuan tersebut kemudian diserahkan
kepada sekolah.
E.
Strategi
Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Mansyur
dalam Benty dan Gunawan
(2015:79)
berpendapat sangat penting bagi sekolah untuk menjalankan peranan kepemimpinan
yang aktif dalam menggalakkan program-program sekolah melalui peran serta aktif
orang tua dan masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
mengupayakan partisipasi orang tua dan mesyarakat terhadap keberhasilan program
sekolah, yaitu:
1. Menjalin
Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat
Partisipasi
orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam program sekolah. Manfaat dapat
diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat
menyumbangkan kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan
hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan
penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi
yang efektif. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun
komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, yaitu:
a. Mengidentifikasi
orang-orang kunci, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi teman lain.
Orang-orang itulah yang tahap pertama dihubungi, diajak konsultasi, dan diminta
bantuannya untuk menarik orang lain berpartisipasi dalam program sekolah.
Tokoh-tokoh semacam itu dapat berasal dari orang tua siswa atau warga
masyarakat yang dituakan atau informal
leaders, pejabat, tokoh bisnis, dan prfesi lainnya.
b. Melibatkan
orang-orang kunci tersebut dalam kegiatan sekolah, khususnya yang sesuai dengan
minatnya. Misalnya tokoh seni dapat dilibatkan dalam pembinaan kesenian di
sekolah. Orang yang hobi olahraga dapat dilibatkan dalam program olahraga
sekolah. Selanjutnya tokoh-tokoh tersebut diperankan sebagai mediator dengan
masyarakat luas.
c. Memilih
saat yang tepat, misalnya pelibatan masyarakat yang hobi olahraga dikaitkan
dengan adanya Pekan Olahraga Nasional atau sejenis yaitu saat minat olahraga di
masyarakat sedang naik. Pelibatan tokoh dan masyarakat yang peduli terhadap
kebersihan/kesehatan dimulai pada hari Kesehatan Nasional.
2. Melibatkan
Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah
Pepatah
menyatakan tak senang jika tak kenal,
juga berlaku dalam hal ini. oleh karena itu sekolah harus mengenalkan program
dan kegiatannya kepada masyarakat. Program sekolah tersebut harus bermanfaat
juga bagi masyarakat. Oleh sebab itu, sekolah dapat melakukan:
a. Melaksanakan
program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu
lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana semacam ini dapat menumbuhkan
simpati masyarakat.
b. Mengadakan
open house yang memberi kesempatan
masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah. Tentu saja dalam
kesempatan semacam itu sekolah perlu menonjolkan program-program yang menarik
minat masyarakat.
c. Mengadakan
buletin sekolah atau majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat
kegiatan dan program sekolah, untuk diinformasikan kepada masyarakat.
d. Mengundang
tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya
mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua untuk menjadi
pembicara atau pembina program kesehatan sekolah.
e. Membuat
program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya perayaan hari-hari
nasional maupun keagamaan.
3. Memberdayakan
Dewan Sekolah
Keberadaan
Dewan Sekolah akan menjadi oenentu dalam pelaksanaan otonomi pendidikan di
sekolah. Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat ikut merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Untuk
meningkatkan komitmen peran serta masyarakat dalam menunjang pendidikan,
termasuk dari dunia usaha, perlu dilakukan antara lain dengan upaya-upaya:
a. Melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan terutama di tingkat
sekolah. Melalui otonomi, pengambilan keputusan yang menyangkut pelaksanaan
layanan jasa pendidikan akan semakin mendekati kepentingan masyarakat yang
dilayani.
b. Selanjutkan
program imlab swadana, yaitu pemerintah baru akan memberikan sejumlah bantuan
tertentu pada sekolah apabila masyarakat telah menyediakan sejumlah biaya
pendamping.
c. Mengembangkan
sistem sponsorship bagi kegiatan
pendidikan.
d. Melalui
upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dan orang tua dalam mendukung program-program sekolah dapat
teroptimalkan.
Nasution (2006:42) menyatakan dalam peningkatan peran
serta masyarakat, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan agar program
hubungan masyarakat yang dibangun dapat berjalan dengan efektif. Sebagai
praktisi humas harus mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan sebgai berikut:
1.
Apa
yang telah diketahui masyarakat tentang sekolah itu?
2.
Apa
yang ingin diketahui masyarakat tentang sekolah itu?
3.
Apa
yang diketahui sekolah supaya masyarakat mengetahui tentang sekolah itu?
4.
Bagaimana
hendaknya mengajar para siswa sehingga mereka memberikan tafsiran yang sesuai
kepada para orang tua mereka?
5.
Bagaimana
seharusnya para guru dilatih dalam hubungan masyarakat dan siapa hendak
memberikan latihan seperti itu?
6.
Bagaimana
program hubungan masyarakat dan pertimbangan finansial yang diperlukan untuk
mendukung program itu agar dapat dijelaskan dengan lebih efektif kepada para
orang tua siswa dan masyarakat?
7.
Bagaimana
program hubungan masyarakat bisa diterima masyarakat sebagai sesuatu yang
diciptakan untuk kepentingan para siswa dan bukan bagi kepentingan para guru?
Setelah pertanyaan-pertanyaan dasar ini dijawab oleh
praktisi humas. Maka akan mempermudahkan dalam penyusunan program humas. Baik
program jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Strategi-strategi tersebut merupakan strategi yang
harus diperhatikan dalam peningkatan peran serta masyarakat terhadap program
pendidikan. Sehingga dengan adanya strategi tersebut diharapkan akan
mempermudah praktisi humas dalam menjalankan tugasnya.
F.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
Slameto
dan Kriswandani dalam Benty dan Gunawan(2015:80) mengemukakan ada tiga hal
yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yaitu:
1. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup,
kesejahteraan, dan martabatnya. Masyarakat dengan kesadaran seperti ini akan
mempunyai pandangan bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah semata-mata untuk
meraka. Tugas sekolah adalah memberikan pencerahan dan penyadaran di
tengah-tengah masyarakat bahwa pendidikan sangatlah penting artinya untuk
peningkatan taraf dan martabat hidup mereka.
2. Tanggung
jawab sekolah. Penyelenggara pendidikan (pihak sekolah) mempunyai semangat dan
kemauan untuk memberikan ruang-ruang atau kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi. Sekolah dengan memberikan kesempatan atau bahkan dorongan
kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi mempunyai dampak kesadaran akan
pentingnya pendidikan dan akan pentingnya masyarakat berpartisipasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
3. Regulasi.
Hal ini sangat penting untuk mendorong semua pihak agar mempunyai kemauan untuk
ikut ambil bagian dalam pendidikan. Pemerintah sebagai pengayom masyarakat
diharapkan menjadi pengayom untuk semua masyarakat dan pemerintah mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang kondusif. Pemerintah dalam hal
pendidikan membuat regulasi tantang partisipasi masyarakat.
G.
Upaya-Upaya
Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Program Pendidikan
Slameto
dan Kriswandani dalam Benty dan Gunawan (2015:81) berpendapat tidak setiap
kondisi sosial budaya terbiasa dengan partisipasi, sebagai salah satu bentuk
dari budaya demokrasi, maka bisa saja usaha meningkatkan kualitas sebuah
lembaga pendidikan dengan memanfaatkan partisipasi aktif masyarakat tidaklah selalu
berjalan mulus. Sekalipun begitu peningkatan partisipasi masyarakat haruslah
tetap diusahakan, sekalipun harus diakuai tidak gampang. Hal-hal yang bisa
diusahakan antara lain:
1. Melakukan
persuasi kepada masyarakat, bahwa dengan keikutsertaan masyarakat dalam
kebijakan yang dilaksanakan, justru akan menguntungkan masyarakat sendiri.
2. Menghimbau
masyarakat untuk turut berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan.
3. Menggunakan
tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut serta dalam
kebijakan agar masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga sekaligus
ikut serta dalam kebijakan yang diimplementasikan.
4. Mengaitkan
keikutsertaan masyarakat dalam implementasi kebijakan dengan kepentingan
mereka, masyarakat memang perlu diyakinkan bahwa ada banyak kepentingan mereka
yang terlayani dengan baik jika mereka berpartisipasi dalam kebijakan.
5. Menyadarkan
masyarakat untuk ikut berpatisipasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan
secara sah dan kebijakan yang sah tersebut adalah salah satu dari wujud
pelaksanaan dan perwujudan aspirasi masyarakat.
H. Langkah-langkah
Pengembangan Kegiatan Peran Serta Masyarakat
Benty dan Gunawan (2015:82) menyatakan sekolah dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pendidikan sekolah harus
memahami tahapaan dalam melaksanakan
kerjasama dengan masyarakat. Tahap-tahap dalam mengembangkan peran serta masyarakat adalah:
1.
Melaksanakan
penggalangan , pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan.
2.
Meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah pendidikan maupun
masyarakat dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat, apabila diperlukan bantuan dari luarbentuknya hanya berupa
perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan
tersebut.
3.
Menumbuhkan
dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Peran
serta masyarakat di dalam pembangunan pendidikan dapat diukur dengan makin
banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau hadir ketika ada kegiatan
penyuluhan pendidikan di sekolah.
4.
Mengembangkan
semangat gotong-royong dalam pembangunan pendidikan. Semangat gotong-royong
yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga
ditentukan dalam upaya peningkatan derajat pendidikan masyarakat. Adanya
semangat gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah masyarakat
bersedia bekerjasama dalam kegiatan program pendidikan.
5.
Bekerja
bersama masyarakat. Dalam setiap kegiatan program pendidikan, hendaknya
pemerintah atau sekolah menggunakan prinsip bekerja untuk dan bersama
masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat karena
adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan keterampilan dari sekolah
kepada masyarakat.
6.
Penyerahan
pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk upaya penggerakan peran
serta masyarakat termasuk di bidang pendidikan apabila ingin berhasil dan
berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk itu
pembuatan keputusan khususnya yang menangkut tata cara pelaksanaan kegiatan
guna penyelesaian masalah pendidikan yang ada dimasyarakat hendaknya diserahkan
kepada masyarakat. Pemerintah maupun sekolah hanya bertindak sebagai
fasilitator dan dinamisator sehingga masyarakat merasa lebih memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakannya.
I. Strategi
Pola dan Proses Membangun Peran Serta Masyarakat
Slamet dan Krisnawandani dalam Benty dan Gunawan
(2015:83) menyatakan dalam rangka mendorong partisipasi orang tua, kepala
sekolah perlu melakukan beberapa hal yakni:
1.
Mengidentifikasi
kebutuhan sekolah dan partisipasi orang tua dalam program dan kegiatan sekolah,
dalam hal ini upayakan untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakl
dewan pendidikan serta komite sekolah dalam identifikasi tersebut.
2.
Menyusun
tugas-tugas yang dapat dilakukan bersama dengan orangtua secara fleksibel.
3.
Membantu
guru mengembangkan program elibatan orang tua dalam berbagai aktifitas sekolah
dan pembelajaran.
4.
Menginformasikan
secara luas program sekolahdan membuka peluang bagi orang tua untuk melibatkan
diri dalam program tersebut.
5.
Memberi
penghargaan secara proporsional dan professional terhadap keterlibatan orang
tua dalam berbagai program dalam kegiatan sekolah.
Mansyur dalam Benty dan Gunawan (2015:83) mengemukakan
bahwa untuk dapat mendorong dan meyadarkan masyarakat agar dapat berpartisipasi
terhadap sekolah,bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, akan tetapi menyita
banyak pemikiran, banyak tenaga, dan banyak materi. Hal ini karena yang
digerakkan adalah manusia, dan manusia adalah makhluk individu. Setiap individu
memiliki karakteristik sifat yang unik, khas, dinamis (berubah-ubah), dan
berbeda-beda. Sesuatu hal yang terpenting adalah bagaimana mencari formulasi
yang tepat, dengan berbagai upaya, strategi, dan langkah-langkah konkret yang
dapat menyentuh hati para partisipasi agar mau bergabung dengan lembaga
partisipasi masyarakat yang dibentuk. Strategi untuk mendorong dan menyadarkan
masyarakat agar dapat berpartisipasi terhadap pendidikan yaitu pendekatan
bahasa agama dan ideologis dan pendekatan motivasi kebutuhan pemenuhan diri (self-fulfilment) atau pendekatan mutu.
Pendekatan bahasa, agama, dan ideologi, pendekatan
agama ini digunakan untuk memberikan pemahaman, penyadaran, dan pentingnya
partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Pendekatan agama dinilai
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan motivasi, selain itu pendekatan
ini lebih mudah untuk mendorong masyarakat untuk lebih mudah berpartisipasi
terhadap lembaga pendidikan. Pendekatan agama memiliki pandangan bahwa setiap
orang akan rela berkorbang untuk partisipasi di lembaga pendidikan. Jika
sekolah menerapkan pendekatan agama, maka sangat membutuhkan peran kepala sekolah
tersebut, karena kepala sekolah (pemimpin) adalah lokus utama sebagai penggerak
pendorong, dan penuntun disebuah lembaga pendidikan. Sehingga kepala sekolah
harus dapat memainkan perannya dengan baik dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat bagi pengembangan sekolah.
Pendekatan motivasi kebutuhan pemenuhan diri (self-fulfilment) atau pendekatan mutu,
digunakan untuk menggerakkan dan mendorong masyarakat yang memiliki tingkat
pendidikan dan pemahaman yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Tidak ada
satupun orang tua yang memilih memasukkan anaknya pada suatu lembaga apapun
tanpa memperhatikan kualitas atau mutu dari sebuah sekolah. Semua orang tua
memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai agent perubahan (the change of knowledge) dan ilmu
pengetahuan sebagai kekuatan (the powe of
knowledge) bagi anaknya, maka masalah biaya tidak menjadi persoalan yang
sulit bagi orangtua. Biasana tipe masyarakat model ini, berpendapat bahwa anak
adalah masa depan mereka yang tidak ada nilainya dibandingkan dengan materi
lainnya. Sehingga mereka rela apabila diminta untuk mengeluarkan biaya sebesar
apapun untuk pendidikan anak-anak mereka, asal sesuai dengan kualitas
pendidikan yang diharapkan.
Dua pendekatan ini merupakan strategi yang tepat digunakan
sekolah untuk membangun partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
Tanpa strategi ini sekolah akan merasa kesulitan untuk membangun partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan, khususnya di negara Indonesia. Pada aspek lain
yang harus diketahui sekolah selain pendekatan agama dan pendekatan mutu adalah
aspek kultur dan aspek motivasi. Setiap aktifitas yang dilakukan masyarakat
sangat tergantung pada budaya yang ada di lingkungan sekitarnya, dan juga
motivasi yang ada pada diri masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat mempunyai
niat atau motivasi dalam diri mereka, secara sukarela mereka akan mau
berpartisipasi dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian, sekolah akan mudah
mendapatkan partisipasi masyarakat luas.
J. Bentuk
Pola dan Tahapan Kerja Mendorong Peran Serta Masyarakat
Sekolah untuk mendorong masyarakat agar berpartisipasi
terhadap sekolah, disamping menggunakan pendekatan teori gerakan sosial,
motivasi, dan konsep agama, seperti diuraikan di atas, pendekatan yang lain
untuk mendorong partisipasi masyarakat luas terhadap sekolah adalah meletakkan
orang-orang yang tepat pada posisi ketua komite sekolah dan kepala sekolah. Dua
posisi ini memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya membangun dan
mengelola lembaga pendidikan menjadi sekolah yang unggul dan kompetitif. Dengan
demikian, untuk mendorong partisipasi masyarakat luas agar berpartisipasi
terhadap sekolah, maka diperlukan bentuk dan pola kerja yang terukur, terarah,
dan sistemik. Esensi pokok penerapan pelembagaan partisipasi masyarakat adalah
bersama sekolah meningkatkan mutu pendidikan nasional (Benty dan Gunawan, 2015:84).
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk
memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu sesuatu yang terukur dan rasional.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati.
Perencanaan dengan tanpa persiapan yang mantap akan mengakibatkan pelaksanaan
tidak terarah, yang akan menghabiskan tenaga, biaya, dan waktu, oleh karena itu
untuk mempersiapkan program sebaiknya berdasarkan hasil survei. Survei
merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang dibutuhkan. Sekolah dalam
membuat program yang baik, hendaknya mengadakan survei tiap-tiap pokok masalah yang ada di dalam
ruang lingkup survei terhadap masyarakat
(Benty dan Gunawan, 2015:84).
Program hubungan masyarakat yang sempurna
meliputi juga partisipasi guru dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang akan memberi dampak positif terhadap
persepsi masyarakat terhadap sekolah. Sekolah adalah lembaga yang penting untuk
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta
bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa. Seorang administrator dapat memperlihatkan data yang menyatakan
bahwa pendidian di sekolah bukanlah satu-satunya variabel yang berpengaruh
terhadap hasil pendidikan. Orang tua murid dan masyarakat dan masyarakat
diharapkan akan memberikan dukungan yang berarti kepada program sekolah, maka
penyampaian informasi tentang sekolah (fakta, pikiran, perasaan, kebutuhan,
sasaran) kepada mereka menjadi kewajiban penting dari setiap administrator sekolah
(Benty dan Gunawan, 2015:84).
DAFTAR
RUJUKAN
2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Benty, D. D. N., dan Gunawan, I. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Malang: Penerbit UM Press.
Nasution, Z. 2006. Manajemen
Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.